China menerapkan lockdown di Xi'an setelah temuan 18 kasus Covid-19 di kota itu. Mereka menyatakan lockdown diterapkan untuk mencegah ledakan kasus virus corona.
Pejabat Xi'an, Zhang Xuedong, mengatakan bahwa kota itu akan menerapkan langkah-langkah pencegahan sementara selama tujuh hari.
"[Aturan itu] mendesak masyarakat untuk tetap di rumah sebisa mungkin, mengurangi mobilitas, dan mengurangi risiko infeksi silang," kata Zhang saat konferensi pers pada Selasa (5/7), dikutip AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia kemudian berujar, "Kita harus berpacu melawan waktu dan virus guna menjaga semua kemungkinan risiko dan bahaya tersembunyi, dan dengan tegas menghindari ledakan penyebaran [di] kalangan masyarakat."
Xi'an melaporkan 18 kasus Covid-19 pada Sabtu (2/7) lalu. Lonjakan kasus Covid di kota ini disebut terjadi karena penularan varian Omicron.
Untuk mencegah penyebaran lebih lanjut, pemerintah Kota Xi'an mengumumkan akan menutup tempat-tempat hiburan umum, termasuk pub, kafe, dan bar karaoke mulai Rabu (6/7) pukul 00.00 waktu setempat.
Restoran juga dilarang melayani pengunjung di dalam ruangan atau dine-in, tetapi mengizinkan pembeli menggunakan layanan bawa pulang.
Sementara itu, sekolah-sekolah akan memulai liburan musim panas lebih awal dan universitas bakal menutup kampus mereka.
Langkah tersebut tak mendapat sambutan baik dari penduduk. Beberapa dari mereka mengekspresikan kekecewaan melalui media sosial.
"Mereka seperti kecanduan lockdown. Apa lagi yang mereka lakukan?" kata salah satu pengguna Weibo.
"Aduh, terjadi lagi," tulis pengguna Weibo yang lain.
Sebelum yang terbaru ini, Xi'an juga pernah menerapkan penguncian wilayah saat kasus Covid-19 meledak pada Desember hingga Januari lalu.
Kebijakan yang terlalu ketat itu membuat pemerintah panen kritik. Banyak warga kesusahan mendapat akses pangan dan kekurangan pasokan makanan.
Secara keseluruhan, China sendiri mencatat 355 kasus Covid-19 pada Selasa, berdasarkan data Komisi Kesehatan Nasional (NHC). Dari jumlah itu, sekitar 90 persen atau 300 kasus dilaporkan tanpa gejala.