Warga Sri Lanka bersorak-sorai ketika mendengar kabar Presiden Gotabaya Rajapaksa kabur pada Rabu (13/7). Mereka optimistis Sri Lanka akan maju setelah klan Rajapaksa tak lagi berkuasa.
"Suatu hari, ini memang harus terjadi. Mereka merampok segalanya dari rakyat. [Namun, setelah keluarga itu pergi], kita akan jadi negara terbaik di dunia dalam waktu dekat," ujar seorang warga, Mallawaara Arachchi.
Arachchi menumpahkan kebahagiaannya ketika sedang berbincang dengan Reuters di tengah ribuan orang yang menduduki rumah Gotabaya sejak akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam beberapa tahun belakangan, rumah itu dianggap sebagai simbol kekuatan dinasti Rajapaksa. Sebelum Gotabaya kabur karena takut diamuk massa, rumah itu merupakan kediaman adiknya,MahindaRajapaksa.
Mahinda sudah lebih dulu mundur dari jabatan perdana menteri pada 9 Mei lalu, di tengah gelombang protes warga yang tak lagi terbendung.
Dengan pengunduran diri ini, putra Mahinda, Yoshith Rajapaksa, juga secara otomatis tak lagi menjadi kepala staf gabungan.
Sebulan kemudian, putra Mahinda yang lain, Namal, juga abangnya, Chamal, bersama adik-adiknya, Basil dan Shasheendra, ramai-ramai mengundurkan diri dari pos-pos menteri yang mereka pegang.
Setelah melepaskan jabatannya sebagai menteri keuangan, Basil sempat berupaya kabur pada Selasa (12/7), tapi ia dicegat petugas imigrasi di bandara.
Sama seperti Basil, Gotabaya juga sudah berupaya kabur beberapa kali sejak rumahnya digeruduk massa pada akhir pekan lalu.
Setelah beberapa kali gagal, Gotabaya akhirnya berhasil kabur ke Maladewa menggunakan pesawat milik militer Sri Lanka.
Kepergian Gotayaba dianggap sebagai simbol keruntuhan dinasti Rajapaksa dalam kancah politik Sri Lanka.
Di dalam cengkeraman dinasti Rajapaksa, rakyat terbelenggu krisis ekonomi terparah dalam tujuh dekade belakangan. Sri Lanka bahkan dinyatakan bangkrut.
Rakyat dan para ahli ekonomi menganggap pemerintah tak becus menangani masalah finansial negara, sehingga krisis kian berlarut di tengah pandemi Covid-19.