Kepala Polisi Jepang Akui 'Cacat Prosedur' Kawal Shinzo Abe

CNN Indonesia
Kamis, 14 Jul 2022 20:50 WIB
Kepolisian Nasional Jepang mengakui ada 'cacat prosedur' saat mengawal eks Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dari tembakan Tetsuya Yamagami.
Shinzo Abe meninggal dunia usai ditembak saat sedang pidato di wilayah Nara. (via REUTERS/ASAHI SHIMBUN)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kepolisian Nasional Jepang (NPA) mengakui ada 'cacat prosedur' saat mengawal eks Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dari tembakan Tetsuya Yamagami.

NPA segera melakukan evaluasi terkait langkah-langkah keamanan di hari penyerangan Shinzo Abe.

"Kegagalan untuk memenuhi tanggung jawab perlindungan yang bermartabat memiliki konsekuensi serius," ujar Komisaris Jenderal NPA, Itaru Nakamura, pada Selasa (12/7)dikutip Japan News.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia kemudian berujar, "Sebagai Komisaris Jenderal Badan Kepolisian Nasional, yang bertugas mengarahkan dan mengawasi polisi prefektur, saya memikul tanggung jawab yang berat."

NPA meluncurkan tim peninjau untuk memeriksa masalah yang berkaitan dengan prosedur keamanan dan perlindungan di lokasi serangan.

[Gambas:Video CNN]

Tugas tim tersebut harus mencari tahu mengapa keamanan lemah sejak awal, dan mengapa polisi gagal mencegah tersangka mendekati Abe dari belakang dan melepas peluru.

Saat penembakan terjadi, hampir tidak ada petugas polisi berseragam yang terlihat di dekat Abe dalam rekaman video yang beredar di media sosial.

Ketika itu, Yamagami berdiri di trotoar di belakang Abe. Ia berjalan dalam jarak tujuh meter dari eks PM tanpa cegatan dari petugas keamanan.

"Walaupun personel kepolisian daerah terbatas, jumlah petugas polisi di tempat kejadian terlalu sedikit," kata seorang pejabat senior di Departemen Kepolisian Metropolitan (MPD) yang sudah lama terlibat dalam memberikan keamanan untuk para pejabat.

Jika lebih banyak petugas berseragam, lanjutnya kehadiran polisi akan terlihat dan bisa saja membatalkan niat pelaku.

"Tersangka mungkin berpikir dua kali untuk melakukan serangan," ujar pejabat senior tersebut.

Selain meninjau ulang, tindakan aparat keamanan yang mendampingi Abe juga akan diselidiki. Beberapa petugas polisi wilayah Nara dan seorang anggota perlindungan MPD berada dekat Abe saat serangan terjadi.

Namun, tak satu pun dari mereka yang menyadari Yamagami mendekati Abe dari belakang.

Tembakan yang menewaskan Abe diyakini sebagai tembakan kedua yang dilakukan tersangka.

Setelah tembakan pertama, ada jeda beberapa detik. Petugas MPD mencoba memposisikan dirinya di antara Yamagami dan Abe sembari memegang tas antipeluru. Namun, tak bisa menghalau tembakan.

"Petugas keamanan seharusnya mengambil tindakan mengelak seperti menjatuhkan Abe," kata seorang mantan perwira polisi senior yang berpengalaman melindungi pejabat.

Ia lalu berujar, "Mungkin alasan mereka tidak bisa melakukannya karena mereka tidak berdiri cukup dekat dengan Abe."

Yamagami menembak Abe saat ia sedang berpidato di depan stasiun Nara pada pekan lalu. Ia menargerkan Abe karena dianggap terlibat dalam kelompok agama, Gereja Unifikasi, yang telah membuat bangkrut ibunya.

Selain mengungkap kelemahan dalam prosedur perlindungan bagi seorang politisi terkemuka, serangan itu juga menunjukkan kurangnya kesadaran krisis di pihak polisi dan pemerintah.

(isa/bac)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER