Sebagaimana diberitakan The Korea Herald, pemimpin Gereja Unifikasi yang juga adalah pendiri kelompok itu, Moon Sun Myung, dianggap sebagai mesias dan perwujudan kedua Yesus oleh para pengikutnya.
Maka dari itu, penganut agama Kristen Protestan dan Katolik menganggap gerakan religius tersebut sesat.
"Gereja Unifikasi dianggap sesat karena [organisasi] itu memperlakukan Moon Sun Myung dan [istrinya] Hak Ja Han Moon sebagai mesias," kata profesor Tak Ji Il dari Universitas Presbyterian Busan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam kitab suci mereka yang disebut Prinsip Ilahi, Yesus Kristus dideskripsikan sebagai orang yang gagal," ujar Tak lagi.
Sementara itu, Komisi Iman dan Tata Tertib Dewan Nasional Gereja-Gereja Kristus di Amerika Serikat mendeklarasikan Gereja Unifikasi adalah "bukan gereja Kristen" pada 1977. Komisi tersebut juga menilai ajaran Gereja Unifikasi "tidak sesuai" dengan ajaran Kristen.
The New York Times melaporkan komisi tersebut menilai kepercayaan "Prinsip Ilahi" milik Gereja Unifikasi terkait Trinitas Kristen adalah salah.
Agama Kristen sendiri memegang kepercayaan Yesus sebagai Kristus, pun percaya kepada Trinitas Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Namun, ajaran Gereja Unifikasi tidak percaya bahwa Yesus tidak mungkin menjadi Tuhan itu sendiri, pun menilai Yesus sebagai "Tuhan kedua [gambaran Tuhan]."
Selain itu, ajaran Gereja Unifikasi yang dianggap kontra dengan elemen penting kepercayaan Kristen ialah pernyataan Moon jauh lebih otoritatif daripada Alkitab.
Ajaran lain yang tak sesuai ialah Yesus dianggap gagal menyelesaikan misinya di Bumi karena dia mati disalib. Akibat kegagalan ini, misi Yesus harus digantikan oleh mesias kedua yang lahir di Korea.
Sementara itu, Moon percaya dirinya merupakan mesias yang ditunjuk untuk menyelesaikan misi Yesus, dikutip dari Britannica.
Tak hanya itu, Gereja Unifikasi percaya bahwa beberapa individu dan negara dapat diklasifikasikan sebagai "surga" dan "setan." Padahal, ajaran Kristen percaya bahwa pengampunan dapat diberikan ke semua orang, dikutip dari The Washington Post.