AS-Saudi Selalu Mesra walau Suka Berantem, Bagaimana Sejarahnya?

CNN Indonesia
Senin, 18 Jul 2022 12:11 WIB
Presiden Joe Biden berkunjung ke Arab Saudi, menghangatkan kembali hubungan kedua negara yang selama ini sebenarnya mesra, tapi kerap diwarnai aksi pundung.
Presiden Joe Biden berkunjung ke Arab Saudi, menghangatkan kembali hubungan kedua negara yang selama ini sebenarnya mesra, tapi kerap diwarnai aksi pundung. (Saudi Royal Court via Reuters)

2001

Di tahun ini, Al-Qaeda membajak empat pesawat sipil. Dari 19 pembajak, 15 di antaranya merupakan warga Saudi.

Mereka kemudian secara sengaja menabrakkan dua pesawat ke menara World Trade Center di New York. Pesawat ketiga menabrak gedung Pentagon, dan yang keempat jatuh di Pennsylvania. Imbas insiden itu, sekitar 3.000 orang tewas

Namun, Saudi selalu membantah terkait atau mengetahui serangan tersebut. Klaim ini kemudian diperkuat dengan pernyataan salah satu komisi pemerintahan AS pada 2004 lalu, yang mengklaim tak menemukan bukti Saudi terlibat langsung dalam pendanaan kelompok teroris itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

2003

AS menuduh Irak memiliki senjata pemusnah massal. Mereka lalu mengerahkan pasukan ke negara itu.

Arab Saudi melawan invasi AS di Irak. Negeri Paman Sam kemudian menarik semua pasukannya dari Saudi.

2011

Dunia Arab dikejutkan dengan pemberontakan. Arab Saudi khawatir Presiden AS, Barack Obama, dan Presiden Mesir, Hosni Mubarak, seolah abai atas peristiwa itu.

2013

Arab Saudi komplain soal kebijakan Amerika Serikat, termasuk pendekatan terhadap Iran dan Suriah.

Saat itu, AS terlibat dalam perang sipil di Suriah. Mereka disebut ingin menggulingkan Presiden Bashar al Assad.

2015

Negara-negara kuat dunia, termasuk AS, menjalin kesepakatan dengan Iran agar Teheran tak membuat senjata nuklir. Sebagai timbal balik, negara Barat mencabut sanksi atas Iran.

Saudi khawatir kesepakatan ini membuat Iran semakin kuat.

Di saat bersamaan, Yaman tengah menghadapi pemberontakan dari Houthi, kelompok yang dekat dengan Iran. Saudi lantas membantu Yaman melawan Houthi.

2018

Di tahun ini, hubungan Saudi dan AS kembali mesra. Ketika itu, Presiden Donald Trump menarik Washington dari Perjanjian Nuklir Iran yang terjalin pada 2015. Saudi menyambut langkah Trump tersebut.

Namun, di penghujung tahun ini, hubungan kedua negara tampak tegang. Pada November, AS mengecam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul.

Di tahun yang sama, AS menjadi produsen minyak terbesar di dunia.

2019

AS merilis laporan yang menunjukkan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MbS), terlibat dalam kasus pembunuhan Khashoggi. Namun, Saudi membantah MbS terlibat di kasus ini.

Selain soal Khashoggi, Washington juga menyampaikan keprihatinan mereka kepada para korban yang tewas imbas serangan udara di Yaman.

Lebih jauh, Washington juga berusaha keras memblokir penjualan senjata Riyadh.

2020

Di tahun ini, muncul tanda-tanda Saudi akan bergabung dalam Kesepakatan Abraham. Kesepakatan ini merupakan upaya Israel, yang dibantu AS, menormalisasi hubungan dengan negara Teluk.

2022

Pada Juni, Biden mengatakan Arab Saudi menunjukkan kepemimpinan yang berani dengan mendukung perpanjangan gencatan senjata di Yaman.

Di tengah harga minyak yang melonjak di tahun ini, Gedung Putih menyambut baik keputusan negara-negara OPEC+ untuk meningkatkan pasokan. Saudi merupakan salah satu anggota organisasi ini.

Di tahun ini pula, Washington mengumumkan kunjungan Biden ke Arab Saudi. Biden akan datang ke pertemuan internasional yang juga akan dihadiri MbS.

Gedung Putih kemudian menyatakan Biden akan mengadakan pembicaraan bilateral dengan Raja Salman dan tim pejabat lain, termasuk MbS.

(isa/has/asa)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER