Wickremesinghe terpilih dalam pemungutan suara di parlemen pada Rabu (20/7). PM enam periode itu akan menjabat sebagai presiden sampai 2024, menghabiskan masa jabatan yang seharusnya diduduki Rajapaksa.
Pemilihan presiden baru ini berlangsung imbas dari krisis ekonomi berkepanjangan yang memicu demonstrasi besar-besaran selama sekitar 100 hari terakhir. Salah satu yang dituntut massa demonstran selama ini adalah agar rezim Rajapaksa lengser.
Sebab, pemerintahan Sri Lanka yang selama ini dikuasai keluarga Rajapaksa dianggao tak becus mengurus negara dan hanya memperkaya diri sendiri.
Krisis ekonomi di Sri Lanka sebenarnya telah terjadi sejak beberapa tahun lalu dan terus memburuk sejak pandemi Covid-19. Krisis terus memburuk hingga Sri Lanka tak bisa bayar impor dan utang yang melambung dan dinyatakan bangkrut.
Pengelolaan yang gagal oleh pemerintah ini pun mengakibatkan lonjakan harga kebutuhan pokok hingga kelangkaan barang mulai dari pangan hingga gas LPG serta bahan bakar minyak (BBM).
Lembaga pemeringkat kredit lalu menurunkan peringkat Sri Lanka dan secara efektif mengisolasi negara ini dari pasar modal. Program manajemen utang Sri Lanka pun tergelincir dan cadangan devisa anjlok hampir 70 persen salam dua tahun.
Februari lalu, Sri lanka hanya memiliki cadangan US$2,31 miliar namun harus membayar utang sebesar US$4 miliar pada 2022.
Kondisi itu membuat warga ramai-ramai menggelar protes. Mereka menuntut Rajapaksa dan PM sebelumnya, yang merupakan saudara Rajapaksa, Rajapaksa Mahinda mengundurkan diri.
April: Terapkan status darurat-kabinet mundur massal
Demo berlangsung berhari-hari. Polisi terlibat bentrok dengan massa.
Rajapaksa lalu mendeklarasikan status darurat secara nasional.
Di bulan yang sama, Sri Lanka dilaporkan bangkrut. Harga barang semakin merangkak naik, sementara BBM makin langka. Warga harus antre berhari-hari untuk mendapat bensin barang cuma satu liter.
Kondisi sosial dan ekonomi yang semakin kacau juga merambat ke situasi politik dalam negeri. Para menteri Rajapaksa ramai-ramai mengundurkan diri.
Mei: PM Mundur-Pedemo Tewas Ditembak
Selain ditinggalkan oleh menteri dan kabinet sendiri, Rajapaksa juga dihadapkan oleh demonstrasi yang kian meluas. Hal itu pun memicu bentrokan terjadi antara aparat dan pedemo. Sejauh ini total semmbilan demonstran dilaporkan meninggal dunia akibat bentrok dengan polisi.
Kematian demonstran itu pun memicu pedemo semakin geram terhadap rezim Rajapaksa.
Di tengah situasi yang makin kacau, PM Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri. Posisi PM ini pun kemudian digantikan Ranil Wickremesinghe.
Pergantian perdana menteri tak serta-merta menciptakan kondisi yang stabil. Demo juga tetap berlangsung.
Juni: Darurat Kemanusiaan
Pada Juni lalu, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyatakan Sri Lanka menghadapi krisis kemanusiaan. Mereka juga menyebut jutaan orang membutuhkan bantuan gegara krisis ekonomi dan politik yang terus memburuk.
PBB juga memprediksi sebagian besar rakyat Sri Lanka bakal mengalami krisis pangan jika situasi tak kunjung membaik.
Juli: Rajapaksa Kabur-Wickremesinghe jadi Presiden Baru
Keadaan yang belum kunjung berubah membuat massa semakin gigih berjuang. Mereka ramai-ramai menggeruduk gedung pemerintahan.
Pada 9 Juli lalu, demonstran menggeruduk kediaman Rajapaksa dan membakar rumah Wickremesinghe.
Beberapa hari usai insiden itu, Rajapaksa berusaha minggat ke luar negeri. Saat tiba di bandara, ia dan rombongan dicegat imigrasi, sehingga tak bisa angkat kaki dari Sri Lanka.
Militer kemudian membawa Rajapaksa ke pangkalan militer Angkatan Laut. Dari lokasi ini ia akhirnya terbang ke Maladewa kemudian ke Singapura.
Sesampainya di Singapura, Rajapaksa mengirimkan surat pengunduran diri via email ke parlemen Sri Lanka yakni pada 14 Juli. Ia lalu menunjuk Wickremesinghe, selaku PM menjadi pelaksana tugas presiden sesuai hukum negara Asia Selatan itu.
Massa menyambut suka ria pernyataan itu. Namun, mereka tak puas lantaran kroni Rajapaksa masih menguasai negara.
Untuk meredam protes dan mencari solusi krisis, Wickremesinghe mendeklarasikan status darurat, tepat empat hari usai Rajapaksa mundur.
Dia sempat menerapkan status darurat, namun hanya sesaat.
Setelah parlemen menerima surat pengunduran diri Rajapaksa, mereka membuka pencalonan presiden dan menggelar pemungutan suara.
Dalam pemilihan itu, terdapat tiga calon pengganti Rajapaksa. Namun, Wickremesinghe digadang-gadang menjadi kandidat terkuak.
Asumsi itu bukan omong belaka. Pada 20 Juli, Wickremesinghe berhasil memperoleh suara mayoritas yakni 134 suara dari 225 anggota parlemen. Dengan demikian ia akan menjadi presiden Sri Lanka, menggantikan sekutu dekatnya.
"Negara dalam situasi yang sulit, kita menghadapi tantangan besar," kata dia usai menang pemilu dikutip Reuters.
Dia akan menjalani sisa masa jabatan Rajapaksa, yang akan berakhir pada November 2024.
Tetapi apakah Wickremesinghe akan diterima oleh gerakan protes masih harus dilihat.
April: Terapkan status darurat-kabinet mundur massal
Demo berlangsung berhari-hari. Polisi terlibat bentrok dengan massa.
Rajapaksa lalu mendeklarasikan status darurat secara nasional.
Di bulan yang sama, Sri Lanka dilaporkan bangkrut. Harga barang semakin merangkak naik, sementara BBM makin langka. Warga harus antre berhari-hari untuk mendapat bensin barang cuma satu liter.
Kondisi sosial dan ekonomi yang semakin kacau juga merambat ke situasi politik dalam negeri. Para menteri Rajapaksa ramai-ramai mengundurkan diri.
Mei: PM Mundur-Pedemo Tewas Ditembak
Selain ditinggalkan oleh menteri dan kabinet sendiri, Rajapaksa juga dihadapkan oleh demonstrasi yang kian meluas. Hal itu pun memicu bentrokan terjadi antara aparat dan pedemo. Sejauh ini total semmbilan demonstran dilaporkan meninggal dunia akibat bentrok dengan polisi.
Kematian demonstran itu pun memicu pedemo semakin geram terhadap rezim Rajapaksa.
Di tengah situasi yang makin kacau, PM Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri. Posisi PM ini pun kemudian digantikan Ranil Wickremesinghe.
Pergantian perdana menteri tak serta-merta menciptakan kondisi yang stabil. Demo juga tetap berlangsung.
Juni: Darurat Kemanusiaan
Pada Juni lalu, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyatakan Sri Lanka menghadapi krisis kemanusiaan. Mereka juga menyebut jutaan orang membutuhkan bantuan gegara krisis ekonomi dan politik yang terus memburuk.
PBB juga memprediksi sebagian besar rakyat Sri Lanka bakal mengalami krisis pangan jika situasi tak kunjung membaik.
Juli: Rajapaksa Kabur-Wickremesinghe jadi Presiden Baru
Keadaan yang belum kunjung berubah membuat massa semakin gigih berjuang. Mereka ramai-ramai menggeruduk gedung pemerintahan.
Pada 9 Juli lalu, demonstran menggeruduk kediaman Rajapaksa dan membakar rumah Wickremesinghe.
Beberapa hari usai insiden itu, Rajapaksa berusaha minggat ke luar negeri. Saat tiba di bandara, ia dan rombongan dicegat imigrasi, sehingga tak bisa angkat kaki dari Sri Lanka.
Militer kemudian membawa Rajapaksa ke pangkalan militer Angkatan Laut. Dari lokasi ini ia akhirnya terbang ke Maladewa kemudian ke Singapura.
Sesampainya di Singapura, Rajapaksa mengirimkan surat pengunduran diri via email ke parlemen Sri Lanka yakni pada 14 Juli. Ia lalu menunjuk Wickremesinghe, selaku PM menjadi pelaksana tugas presiden sesuai hukum negara Asia Selatan itu.
Massa menyambut suka ria pernyataan itu. Namun, mereka tak puas lantaran kroni Rajapaksa masih menguasai negara.
Untuk meredam protes dan mencari solusi krisis, Wickremesinghe mendeklarasikan status darurat, tepat empat hari usai Rajapaksa mundur.
Dia sempat menerapkan status darurat, namun hanya sesaat.
Setelah parlemen menerima surat pengunduran diri Rajapaksa, mereka membuka pencalonan presiden dan menggelar pemungutan suara.
Dalam pemilihan itu, terdapat tiga calon pengganti Rajapaksa. Namun, Wickremesinghe digadang-gadang menjadi kandidat terkuak.
Asumsi itu bukan omong belaka. Pada 20 Juli, Wickremesinghe berhasil memperoleh suara mayoritas yakni 134 suara dari 225 anggota parlemen. Dengan demikian ia akan menjadi presiden Sri Lanka, menggantikan sekutu dekatnya.
"Negara dalam situasi yang sulit, kita menghadapi tantangan besar," kata dia usai menang pemilu dikutip Reuters.
Dia akan menjalani sisa masa jabatan Rajapaksa, yang akan berakhir pada November 2024.
Tetapi apakah Wickremesinghe akan diterima oleh gerakan protes masih harus dilihat.