Perdana Menteri Israel Yair Lapid menolak permintaan Raja Abdullah II dari Yordania untuk mengirim sejumlah salinan Al-Qur'an ke Masjid Al-Aqsa yang berada di Yerusalem, wilayah Palestina yang diduduki.
Permintaan itu diungkapkan Raja Abdullah sendiri kepada Lapid dalam pertemuan di Ibu Kota Amman pada Rabu pekan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam pertemuan dengan Lapid di Ibu Kota Yordania, Amman, Raja Abdullah meminta agar Yordania diizinkan mengirim salinan Al-Quran ke Masjid Al-Aqsa, tetapi permintaan itu ditolak," menurut stasiun televisi Israel Kan 11, seperti dikutip dari Al Araby, Kamis(28/7).
Perusahaan Penyiaran Israel Kan 11 melaporkan Raja Abdullah II juga pernah mengutarakan permintaan serupa kepada pendahulu Lapid, Naftali Bennett. Namun, permintaan itu pun ditolak Bennett.
Kan 11 menuturkan Yordania kerap mengajukan permintaan untuk membawa salinan Al-Quran ke Masjid Al-Aqsa di setiap pertemuan antara pejabat kedua negara, termasuk ketika Raja Abdullah II bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog beberapa waktu lalu.
Dikutip Middle East Monitor, Israel mengaku memahami status Yordania sebagai pelindung Masjid Al-Aqsa, masjid ketiga yang paling disucikan agama Islam karena menjadi kiblat pertama umat Muslim.
Status khusus Yordania itu tertuang dalam perjanjian damai Wadi Araba antara Tel Aviv-Amman.
Namun, Bennet menolak keras permintaan Raja Abdullah II tersebut. Sementara itu, Lapid juga menentang permintaan itu dengan mengatakan "tidak ada yang baru terkait posisi Israel dalam hal ini."
Lapid menegaskan Israel tetap menolak langkah-langkah yang terus dicoba Raja Yordania ini.
Khan melaporkan Lapid keberatan karena preferensinya sendiri untuk tidak mengizinkan langkah seperti itu selama periode pemilihan, mengingat itu sebagai "pesan diplomatik dan politik" yang dapat mempengaruhi hasil pemilihan November Israel.
Sementara itu, Yordania, di mana keluarga Hashemite yang berkuasa memiliki perwalian atas situs-situs Muslim dan Kristen di Yerusalem, mengatakan bahwa sejak tahun 2000 Israel telah merusak otoritas kerajaan.
Amman juga menuduh Israel mengabaikan tradisi berabad-abad di mana non-Muslim tidak beribadah di kompleks masjid.
Pada bulan April, Yordania mengintensifkan upaya untuk mendorong Israel menghormati status quo bersejarah di masjid al-Aqsa Yerusalem dan menghindari konfrontasi kekerasan yang dapat mengancam konflik yang lebih luas.
Sementara itu, Israel membantah tuduhan Yordania dan negara-negara Arab lainnya bahwa mereka mencoba melanggar batas situs suci Muslim di Kota Tua Yerusalem, yang didudukinya dalam Perang Arab-Israel 1967.
Tel Aviv juga mengatakan sedang memberlakukan larangan lama Yahudi berdoa di kompleks tersebut, meskipun ekstremis Yahudi secara teratur menyerbu pekarangan al-Aqsa dan melakukan ritual keagamaan yang provokatif di bawah perlindungan pasukan Israel.