Jakarta, CNN Indonesia --
Pemimpin Al Qaeda, Ayman Al Zawahiri, diketahui menetap di sebuah rumah di Kabul, Afghanistan, sejak Taliban menguasai negara itu pada Agustus 2021.
Amerika Serikat, yang telah lama mencari Zawahiri, mengetahui informasi tersebut dan memutuskan meluncurkan serangan di rumah perlindungan pemimpin Al-Qaeda itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama beberapa tahun, pemerintah AS telah mengetahui jaringan yang kami pantau mendukung Zawahiri," ujar seorang pejabat administrasi, dikutip dari AFP.
Namun, intelijen AS baru mengetahui keluarga Zawahiri berada di Kota Kabul pada tahun ini, kata sumber itu.
[Gambas:Video CNN]
"Kami mengidentifikasi Zawahiri lewat berbagai kesempatan bahwa ia kerap berada di teras dalam beberapa waktu," kata pejabat itu.
Pemerintah AS kemudian merencanakan serangan pada Mei dan Juni. AS juga memantau rumah Zawahiri untuk mengetahui pola kehidupan keluarga pria itu.
Pihak AS mempelajari struktur rumah, mencoba menyerang Zawahiri tanpa merusak struktur bangunan rumah tersebut, untuk meminimalisasi risiko terhadap warga sipil.
Setelah itu, pejabat pertahanan dan intelijen AS menyelesaikan skema penyerangan pada Juni dan menyampaikannya kepada Presiden Joe Biden pada 1 Juli.
Pejabat itu juga menuturkan Biden menanyakan sejumlah pertanyaan detail mengenai struktur bangunan, masalah iklim, dan risiko serangan terhadap warga sipil.
Lanjut baca di halaman berikutnya...
Pada 25 Juli, Biden mengumpulkan sejumlah pihak untuk bertemu di Gedung Putih dan membicarakan rencana penyerangan. Di akhir diskusi, Biden menanyakan setiap peserta atas pendapat mereka.
"Semuanya merekomendasikan persetujuan terhadap target ini," dan Biden menyetujui dilakukannya operasi penyerangan, kata pejabat itu.
Pemerintah AS kemudian meluncurkan serangan ke rumah Zawahiri menggunakan drone pada pukul 6.18 pagi, Minggu (31/7) waktu Kabul.
"[Zawahiri] terbunuh di teras," kata pejabat itu.
Biden kemudian mengumumkan Zawahiri terbunuh dari serangan dua rudal Hellfire yang diluncurkan dari drone, Senin (1/8). Rudal Hellfire yang digunakan bukanlah yang jenis biasa.
Rudal Hellfire yang diluncurkan dalam operasi ini disebut R9X, di mana rudal itu membawa beberapa pisau untuk menyerang targetnya, tetapi tak membahayakan masyarakat dan objek di dekat target.
Berdasarkan sejumlah foto rumah Zawahiri, hanya beberapa jendela di lantai satu hancur, sementara struktur lainnya masih berdiri.
Meski tak memberikan detail lebih lanjut, pejabat itu mengatakan Zawahiri telah terbunuh dan tidak ada orang lain yang terluka dalam operasi tersebut.
"Anggota keluarga Zawahiri berada di bagian lain rumah perlindungan mereka kala serangan dilakukan, dan secara sengaja tidak ditargetkan pun tidak terluka," ujarnya.
"Seperti yang Presiden Biden katakan, kami tidak akan membiarkan Afghanistan menjadi surga perlindungan untuk teroris yang membawa kerusakan bagi Amerika," kata pejabat itu lagi.