Jakarta, CNN Indonesia --
Pemimpin Al Qaeda, Ayman Al Zawahiri, terbunuh dalam serangan drone Amerika Serikat. Kabar ini disampaikan oleh Presiden Joe Biden pada Senin (1/8).
"Keadilan telah ditegakkan dan pemimpin teroris ini tidak ada lagi," ujar Biden dalam pernyataan televisi, dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zawahiri sendiri merupakan salah satu tokoh pusat dari serangan 11 September 2001 di AS yang menewaskan hampir 3.000 orang. Ia memimpin Al-Qaeda menggantikan Osama bin Laden yang tewas pada 2011 lalu di tangan Washington.
Lalu, apakah tewasnya Zawahiri dapat membuat serangan Al-Qaeda menjadi semakin 'bengis'?
[Gambas:Video CNN]
Profesor kajian Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, menilai serangan-serangan yang dilakukan Al Qaeda menjadi semakin kecil.
"Nampaknya ke depan justru serangan-serangan yang dilakukan oleh Al-Qaeda semakin kecil. Jaringan mereka sudah terputus karena sosok yang menjadi inspirator dan simbol perlawanan telah terbunuh," ujar Yon saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (2/8).
Selain itu, Yon menuturkan jaringan Al Qaeda saat ini sudah sangat lemah, pun mobilitas para pemimpin mereka terbatas, membatasi aksi terorisme kelompok itu.
Pendapat yang mirip juga disampaikan pengamat hubungan internasional dari Universitas Muhammadiyah Riau, Fahmi Salsabila.
"Al Qaeda terus bergerak walaupun tidak sekuat dulu dan terus dihabisi oleh AS dan sekutunya," ujar Fahmi saat diwawancara CNNIndonesia.com, Selasa (2/8).
Meski begitu, Al Qaeda masih bakal terus melakukan serangan balasan. Fahmi menuturkan kelompok itu biasanya menargetkan kepentingan-kepentingan AS di berbagai wilayah.
Lanjut ke halaman berikutnya...
Kemungkinan Taliban Jadi 'Inang' Al-Qaeda
Ketika ditanya soal kemungkinan Taliban, yang kini menguasai Afghanistan, bakal menjadi 'inang' bagi Al-Qaeda, Yon menilai itu mungkin tak akan terjadi.
"Sepertinya Afghanistan tidak mau mengorbankan negaranya untuk kedua kalinya dengan bekerja sama dengan Al-Qaeda. Taliban akan fokus pada stabilitas keamanan dalam negeri dan menolak kelompok dari luar masuk ke negaranya," kata Yon.
Sementara itu, Fahmi menilai Taliban mungkin tetap akan menjadi 'inang' bagi Al-Qaeda.
"Ya, seperti kita ketahui bahwa dahulu Osama bin Laden pada 1990-an berbaiat [mengucapkan janji setia] kepada pemimpin Taliban [Mullah Mohammad Omar] dan ini diteruskan oleh penerus-penerusnya," ujar Fahmi.
Selain itu, Fahmi menuturkan meski Taliban berjanji tak akan memberikan ruang bagi kelompok ekstremis di Afghanistan, demi mendapatkan pengakuan internasional, kelompok Al-Qaeda masih menjadi kelompok yang dilindungi dan bekerja sama dengan Taliban.
"Dalam bahasa Arab, baiat berarti janji kesetiaan seseorang kepada pemimpinnya, mengingkari janji tersebut dianģgap pelanggaran serius. Al-Qaeda, di bawah bin Laden, berjanji setia [kepada Taliban]. [Ini] berarti Al-Qaeda menempatkan diri di bawah Taliban, begitu kira-kira," kata Fahmi.
Sementara itu, hubungan antara Taliban dan Al-Qaeda berlangsung sejak lama.
Dewan Hubungan Luar Negeri (CFR) menuturkan hubungan Taliban dan Al-Qaeda dimulai sejak bin Laden pergi ke Afghanistan untuk mencari perlindungan dan membangun kelompok terorisnya. Mullah Omar melindungi bin Laden, sementara bin Laden memberikan sumber daya dan bantuan teknis untuk Taliban.
Meski begitu, sejumlah anggota Taliban menyalahkan Mullah Omar karena melindungi bin Laden di Afghanistan dan membuat Amerika Serikat menginvasi negara itu.
Bin Laden sendiri merupakan dalang dari serangan teror 11 September 2001 di Amerika Serikat. Sebanyak 2.977 orang tewas imbas serangan itu, dikutip dari Britannica.