Ketika ditanya soal kemungkinan Taliban, yang kini menguasai Afghanistan, bakal menjadi 'inang' bagi Al-Qaeda, Yon menilai itu mungkin tak akan terjadi.
"Sepertinya Afghanistan tidak mau mengorbankan negaranya untuk kedua kalinya dengan bekerja sama dengan Al-Qaeda. Taliban akan fokus pada stabilitas keamanan dalam negeri dan menolak kelompok dari luar masuk ke negaranya," kata Yon.
Sementara itu, Fahmi menilai Taliban mungkin tetap akan menjadi 'inang' bagi Al-Qaeda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya, seperti kita ketahui bahwa dahulu Osama bin Laden pada 1990-an berbaiat [mengucapkan janji setia] kepada pemimpin Taliban [Mullah Mohammad Omar] dan ini diteruskan oleh penerus-penerusnya," ujar Fahmi.
Selain itu, Fahmi menuturkan meski Taliban berjanji tak akan memberikan ruang bagi kelompok ekstremis di Afghanistan, demi mendapatkan pengakuan internasional, kelompok Al-Qaeda masih menjadi kelompok yang dilindungi dan bekerja sama dengan Taliban.
"Dalam bahasa Arab, baiat berarti janji kesetiaan seseorang kepada pemimpinnya, mengingkari janji tersebut dianģgap pelanggaran serius. Al-Qaeda, di bawah bin Laden, berjanji setia [kepada Taliban]. [Ini] berarti Al-Qaeda menempatkan diri di bawah Taliban, begitu kira-kira," kata Fahmi.
Sementara itu, hubungan antara Taliban dan Al-Qaeda berlangsung sejak lama.
Dewan Hubungan Luar Negeri (CFR) menuturkan hubungan Taliban dan Al-Qaeda dimulai sejak bin Laden pergi ke Afghanistan untuk mencari perlindungan dan membangun kelompok terorisnya. Mullah Omar melindungi bin Laden, sementara bin Laden memberikan sumber daya dan bantuan teknis untuk Taliban.
Meski begitu, sejumlah anggota Taliban menyalahkan Mullah Omar karena melindungi bin Laden di Afghanistan dan membuat Amerika Serikat menginvasi negara itu.
Bin Laden sendiri merupakan dalang dari serangan teror 11 September 2001 di Amerika Serikat. Sebanyak 2.977 orang tewas imbas serangan itu, dikutip dari Britannica.
(pwn/bac)