Sejak 1949 sampai Perang Dingin, Taiwan mendapatkan pengakuan internasional sebagai ROC, terlebih kala itu AS meluncurkan kampanye anti-komunis.
Namun pada 1971, RRC mendapatkan cukup suara di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membubarkan Taiwan sebagai ROC, pun mengakui RRC sebagai perwakilan China di PBB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 1979, AS kemudian memutuskan mendukung kebijakan Satu China dan mengubah pengakuan diplomatik dari Taipei ke Beijing. Meski begitu, AS menerapkan Undang-Undang Hubungan Taiwan pada tahun yang sama.
Sebagaimana diberitakan Reuters, dalam aturan tersebut, keputusan AS menjalin hubungan diplomatik dengan Beijing tak lepas dari harapan bahwa masa depan Taiwan bakal diselesaikan dengan cara damai. Aturan itu juga mengharuskan Washington untuk membantu Taiwan membela diri seandainya China menginvasi pulau itu.
Hubungan antara Taiwan dan China sempat membaik pada 1990-an, tetapi kembali bermasalah setelah Chen Shui-bian terpilih menjadi presiden Taiwan pada 2002.
Chen Shui-bian sendiri mendukung kedaulatan Taiwan dan pengakuan kemerdekaan Taiwan secara formal. Chen sendiri merupakan tokoh Partai Progresif Demokratis (DPP).
Sementara itu, DPP dan KMT memiliki pandangan yang berbeda dengan masa depan Taiwan. Kala DPP mendukung Taiwan merdeka, presiden yang didukung KMT, Ma Ying-jeou, menginginkan hubungan yang lebih dekat dengan China.
(pwn/bac)