Badan pemantau atom yang bertanggung jawab kepada PBB, IAEA, memperingatkan Rusia dan Ukraina usai kedua negara saling tuduh serangan di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia.
"Waspada risiko bencana nuklir yang sangat nyata," demikian pernyataan IAEA yang dikutip AFP, Minggu (7/8).
IAEA merilis pernyataan ini sehari setelah Rusia dan Ukraina saling tuduh serangan di PLTN Zaporizhzhia di Enerhodar, Ukraina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah bentukan Rusia di Enerhodar menuding tentara Ukraina menyerang kawasan PLTN menggunakan bom klaster yang ditembakkan dari pelontar roket Uragan.
Mereka menyatakan kepada kantor berita TASS bahwa proyektil yang ditembakkan pasukan Ukraina jatuh "400 meter dari reaktor yang aktif."
Menurut mereka, serangan itu merusak sejumlah bangunan dan jatuh "di zona tempat penyimpanan bahan bakar nuklir yang sudah terpakai."
Meski demikian, perusahaan energi nuklir Ukraina yang mengoperasikan PLTN Zaporizhzhia, Energoatom, menyatakan bahwa "militer Rusia terus melakukan tindakan terorisme nuklir" di sana.
"Kemarin, Rusia sekali lagi menembakkan roket di PLTN Zaporizhzhia dan Kota Enerhodar. Satu karyawan dirawat di rumah sakit karena terluka akibat ledakan itu," demikian pernyataan Energoatom.
Energoatom menuding pasukan Rusia menargetkan tempat penyimpanan bahan bakar bekas. Bahan bakar itu ditaruh di ruangan terbuka yang terletak di dekat lokasi bombardir.
"Tiga alat pendeteksi radiasi di dekat lokasi itu rusak," bunyi pernyataan Energoatom.
PLTN Zaporizhzhia sendiri saat ini dikuasai pasukan Rusia. Namun, tim Energoatom masih bekerja untuk operasional di PLTN terbesar di Eropa tersebut.