Setahun Taliban Berkuasa, Daya Juang Wanita Afghanistan Tetap Menyala
Perempuan-perempuan di Afghanistan harus mencari cara agar tetap bekerja dan menghidupi keluarga di tengah pembatasan Taliban.
Sejak Taliban menguasai Afghanistan pada 15 Agustus 2021, perempuan nyaris tak bisa bergerak imbas aturan yang mencekik. Kondisi ini dinilai sangat menyengsarakan rakyat Afghanistan.
Kelompok Taliban melarang perempuan bekerja, menempuh pendidikan, bahkan beraktivitas di luar ruangan. Di sisi lain, kerabat lelaki para perempuan ini entah anak, suami, adik atau kakak harus kehilangan pekerjaan akibat krisis ekonomi yang semakin dalam.
Di tengah nestapa itu, segelintir perempuan di Afghanistan memelihara daya juang dan daya hidup dengan beragam cara.
Salah satunya, Shapari (40). Ia memilih membuat roti sebagai cara untuk memperpanjang napas dirinya serta keluarga.
Bagaimanapun, ia harus menjaga rumah tangganya dengan cara apapun yang mereka bisa.
"Selama masa-masa sulit ini, pekerjaan yang membuat saya bahagia. Suami saya menganggur, dan tinggal di rumah. Saya bisa mencari makan untuk anak-anak," jelas dia kepada AFP, Sabtu (12/8).
Taliban melarang perempuan bekerja di sektor esensial seperti pemerintahan, atau institusi pendidikan.
Beberapa pekerjaan tetap terbuka untuk mereka. Namun, para perempuan ini kerap harus diam-diam atau bersembunyi jika memilih tetap bekerja di sektor publik.
Tahmina Usmai adalah salah satu dari sedikit jurnalis perempuan yang mampu terus bekerja di sektor ini.
Untuk menghindari perintah Taliban, ia menutup wajah dengan masker Covid-19 saat tengah siaran.
"Saya bisa bergabung dengan TOLONews dan menjadi suara bagi perempuan di Afghanistan, yang membuat saya merasa bangga," kata dia.
Perempuan lain, Ghunca Gul Karimi, mengembangkan bisnis peternakan lebah untuk menghasilkan madu usai sang suami angkat kaki dari Afghanistan.
"Saya mengambil dua pekerjaan tambahan dan membeli sepeda motor untuk mengemudi sendiri dari peternakan madu ke rumah," tutur Karimi.
Karimi berambisi mengembangkan bisnis lebah madu yang menjadi salah satu sumber ekonominya.
"Saya bertekad menjadi ratu lebah madu," celotehnya.
Afghanistan yang kini dikuasai Taliban semakin konservatif dan patriarkal. Kelompok ini menerapkan aturan ketat, termasuk soal pakaian perempuan.
Mereka meminta perempuan menutupi nyaris seluruh tubuh mereka dengan mengenakan burkak di depan umum.
(isa/mik)