Korea Selatan menyerukan dialog dengan Korea Utara setelah pemerintahan Pemimpin Tertinggi Kim Jong Un kembali menguji coba dua rudal jelajahnya pada Rabu (17/8).
Dalam jumpa pers memperingati 100 hari kepemimpinannya, Presiden Korsel Yoon Suk Yeol menegaskan dialog dengan Korea Utara tidak boleh hanya sebatas gimik politik saja, tapi harus benar-benar berkontribusi pada stabilitas dan perdamaian di kawasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dialog apa pun antara pemimpin Korea Utara dan Korea Selatan atau negosiasi antara pejabat tinggi kedua negara tidak boleh hanya gimik politik saja, tapi harus berkontribusi pada perdamaian di Semenanjung Korea dan Asia Timur Laut," kata Yoon di Seoul pada Kamis (18/8).
Dalam kesempatan itu, Yoon juga menegaskan niat negaranya untuk memberikan serangkaian bantuan ekonomi bagi tetangganya di utara itu dengan syarat. Salah satu syarat utamanya yakni Korut bersedia menghentikan pengembangan senjata nuklirnya dan memulai denuklirisasi.
Pernyataan Yoon itu dinilai banyak pihak merupakan sindiran bagi pendahulunya, Presiden Moon Jae In. Saat ia menjabat, Moon memang berhasil menggelar pertemuan tingkat tinggi dengan Kim Jong Un bahkan menjadi jembatan pertemuan Kim dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Dalam pertemuan Trump dan Kim, AS-Korut sepakat memulai denuklirisasi namun beberapa tahun kemudian mandek lantaran Washington ogah menghapus sanksi terhadap Pyongyang.
Dilansir Reuters, Korut melakukan uji coba rudal pada Rabu sehari setelah Korsel dan AS mulai menggelar latihan militer bersama yang lebih luas lagi. Ini merupakan uji coba rudal Korut terbaru dan kesekian kalinya tahun ini.
Latihan militer bersama antara Korsel dan AS memang kerap membuat Korut geram lantaran dinilai Kim Jong Un dilakukan kedua negara itu untuk mempersiapkan serangan terhadap negaranya.
Seorang juru bicara Pentagon menolak mengomentari apa yang disebutnya "dugaan peluncuran rudal jelajah," tetapi mengatakan Amerika Serikat tetap fokus pada koordinasi erat dengan sekutu dan mitra untuk "mengatasi ancaman" yang ditimbulkan oleh Korea Utara.