Meski diprotes, Jepang tetap menggelontorkan dana 250 juta yen atau sekitar Rp28 miliar untuk pemakaman kenegaraan eks perdana menteri Shinzo Abe pada September mendatang.
Kepala sekretaris kabinet Jepang, Hirozaku Matsuno, mengatakan bahwa pemerintah akan membiayai pemakaman kenegaraan itu karena Abe merupakan pejabat yang sangat dihormati.
"Abe sangat dihormati baik di Jepang maupun internasional, dan ada banyak pesan belasungkawa sejak kematian dia," ujar Matsuno pada Jumat (26/8), seperti dikutip Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hirokazu lalu mengatakan bahwa pemerintah Jepang ingin menanggapi pesan-pesan belasungkawa internasional itu dengan baik.
"Kami sudah memutuskan yang terbaik adalah menggelar pemakaman secara resmi dari pemerintah dan menghadirkan pengunjung internasional," ucap dia.
Namun, pemakaman kenegaraan itu menuai banyak kritik. Beberapa pihak menilai acara ini hanya memboroskan anggaran negara, apalagi Abe sudah dimakamkan tak lama setelah meninggal dunia.
Menurut hasil jajak pendapat dari pihak oposisi, 53 persen koresponden menentang pemakaman kenegaraan ini.
Namun, Jepang akan tetap menggelar pemakaman kenegaraan Abe di Nippon Budokan, Tokyo, pada 27 September. Lokasi itu kerap menjadi tempat untuk acara konser dan olahraga bergengsi.
Abe akan menjadi mantan PM Jepang kedua yang diberikan penghormatan dengan pemakaman kenegaraan.
Jepang pertama kali menggelar pemakaman kenegaraan untuk PM yang sudah tidak menjabat, yaitu Shigeru Yoshida, pada 1967.
Beberapa mantan pemimpin dunia, termasuk mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, dan sejumlah kepala negara lainnya diperkirakan akan hadir dalam acara pemakaman kenegaraan Abe.
Namun, ada satu pemimpin dunia yang sudah mengonfirmasi tak akan hadir, yakni Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Abe memang merupakan salah satu politikus paling berpengaruh di Jepang. Negeri Sakura pun berduka ketika ia meninggal usai ditembak Tetsuya Yamagami saat menyampaikan pidato di sekitar Stasiun Nara pada awal Juli lalu.
Tetsuya menyerang Abe karena menganggap eks PM itu berhubungan dengan Gereja Unifikasi, organisasi yang membuat sang ibu bangkrut.