Dua kapal perang Amerika Serikat transit di Selat Taiwan, pertama sejak China menggelar latihan besar-besar di sekitar pulau itu pada awal Agustus lalu.
"[Transit ini] menunjukkan komitmen AS terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," demikian pernyataan Angkatan Laut AS pada Minggu (28/9), dikutip AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Armada ke-7 AS mengatakan kedua kapal itu yakni kapal penjelajah berpeluru kendali kelas Ticonderoga USS Antietam dan USS Chancellorsville.
Kapal tersebut tengah transit rutin di Selat Taiwan, yang menurut AS sudah sesuai aturan hukum internasional.
"Kapal-kapal ini transit melalui koridor di Selat yang berada di luar laut teritorial negara pantai mana pun," demikian bunyi pernyataan resmi Armada ke-7 AS.
Pernyataan itu kemudian berlanjut, "Militer AS terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun yang diizinkan hukum internasional."
Armada ke-7 berbasis di Jepang dan merupakan bagian inti dari kehadiran angkatan laut Washington di Pasifik.
Sekutu AS dan Barat telah meningkatkan "kebebasan navigasi" di Selat Taiwan dan Laut Cina Selatan untuk memperkuat konsep bahwa laut tersebut adalah jalur air internasional. Tindakan ini kerap memicu kemarahan Beijing.
Transit ini terjadi beberapa pekan usai China menggelar latihan besar-besar di sekitar Pulau Taiwan pada 4 Agustus lalu.
Latihan itu sebagai respons atas kunjungan Ketua Dewan Pewakilan AS, Nancy Pelosi, ke Taiwan pada 2 Agustus lalu.
Beijing sebetulnya sudah memperingatkan ke Washington agar tak melakukan kunjungan itu. Jika, mereka tetap berkunjung China tak segan mengambil tindakan keras bahkan militer.
Namun, AS abai akan peringatan itu. Di sisi lain China tak main-main dengan ancaman tersebut.
Di hari saat Pelosi tiba, China mengumumkan menggelar latihan militer di lokasi yang bak mengepung Taiwan. Di hari pertama latihan, pasukan Beijing menembakkan 11 rudal dongfeng ke perairan dekat Taiwan.
Sementara itu, AS menuding China mengancam perdamaian di Selat Taiwan dengan alasan kunjungan Pelosi.
China kerap murka dengan negara yang campur tangan soal urusan dalam negerinya dan pejabat asing yang menginjakkan kaki di Taiwan. Tindakan ini membahayakan kedaulatan dan berpotensi mengganggu hubungan diplomatik.
Selama ini, China menganggap Taiwan bagian dari kedaulatannya, sementara Taipei gigih ingin memerdekakan diri.
Pemerintahan Xi Jinping tak segan memutus hubungan atau menjatuhkan sanksi ke pihak yang dianggap main api soal Taiwan.
Beijing menegaskan untuk setiap negara yang menjalin hubungan diplomatik dengan mereka harus menjalankan prinsip Satu China.
(isa/bac)