Jakarta, CNN Indonesia --
Sejumlah orang yang berada di kamp kejuruan Xinjiang membeberkan penyiksaan hingga pemerkosaan yang dilakukan aparat China terhadap mereka.
Cerita itu terungkap dalam laporan Badan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (OHCHR) yang dirilis Rabu (31/8). Laporan tersebut berjudul Penilaian OHCHR tentang masalah hak asasi manusia di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang, China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
OHCHR mewawancarai 26 mantan tahanan Xinjiang. Dari jumlah itu, sekitar dua pertiga mengalami perlakuan kasar dan tak menyenangkan.
Salah satu sumber mengatakan mereka tak diizinkan menjalankan ritual keagamaan mereka seperti salat atau mengaji. Aparat justru mencekoki mereka dengan ideologi dan ajaran politik yang dipakai China.
[Gambas:Video CNN]
"Kami dipaksa menyanyikan lagu-lagu patriotik setiap hari, sekeras mungkin dan sampai sakit. Sampai wajah kami menjadi merah dan urat-urat kami muncul di wajah kami," kata sumber pertama.
Sumber lain menyatakan para tahanan dicekoki pil, yang mirip aspirin, nyaris setiap hari. Aparat tak menjelaskan apapun terkait manfaat pil itu dan hanya memaksa mereka menelannya. Pil itu membuat mereka mengantuk.
"Kami berbaris dan seseorang dengan sarung tangan memeriksa mulut kami secara sistematis untuk memastikan kami menelannya," kata sumber kedua.
Banyak narasumber OHCHR yang menyatakan mengalami kesehatan yang buruk karena minim perawatan di fasilitas itu.
Para tahanan juga mengalami gangguan psikologis. Mereka terisolasi dari dunia luar, bahkan keluarga sendiri serta hidup dalam ketidakpastian.
"Hal terburuknya adalah Anda tidak pernah tahu kapan Anda akan dikeluarkan," kata sumber ketiga.
Cerita tahanan mengaku dilecehkan hingga diperkosa aparat China, baca di halaman berikutnya...
Cerita Tahanan di Xinjiang Mengaku Diperkosa Aparat China
Beberapa sumber juga berbicara soal berbagai kekerasan seksual, termasuk kasus pemerkosaan yang menimpa perempuan.
Dalam laporan OHCHR, aparat memaksa korban melakukan seks oral, melakukan penghinaan seksual, dan memaksa tahanan telanjang dalam konteks interogasi.
Mereka menceritakan bahwa perkosaan terjadi di luar asrama, di kamar terpisah tanpa kamera.
Beberapa perempuan mengaku menjadi subjek pemeriksaan ginekologi invasif dan membuat kepercayaan diri sirna.
Namun, pemerintah berulang kali membantah apa yang terjadi di Xinjiang, meski banyak laporan soal tudingan penyiksaan.
"Karena mereka tidak mengerti apa yang terjadi, pemerintah telah dengan tegas membantah klaim ini," kata OHCHR.
Laporan OHCHR juga menyatakan banyak tahanan di Xinjiang yang kelaparan, tak bisa tidur karena pengawasan yang ketat dan lampu terus menyala, serta tak diizinkan berbicara dalam bahasa sendiri.
Badan HAM PBB itu menyatakan laporan langsung mengenai kondisi dan perlakuan para tahanan di Xinjiang mengungkapkan beberapa masalah hak asasi manusia yang serius.
Pihak berwenang China melanggar kewajiban mendasar untuk memperlakukan individu secara manusiawi dan bermartabat.
"Selain itu, kondisi dan perlakuan kumulatif yang mencirikan kehidupan sehari-hari mereka di fasilitas kejuruan Xinjian merupakan pelanggaran terhadap standar dasar perlakuan manusiawi terhadap tahanan," lanjut laporan OHCHR.
Menurut badan tersebut kondisi demikian, terutama bila dialami dalam waktu yang lama atau dalam bentuk yang berulang, dapat mengakibatkan penderitaan fisik dan mental yang cukup parah.
Mereka juga menekankan bahwa setiap manusia berhak menikmati standar kesehatan fisik dan mental.
Belum lama ini, OHCHR berkunjung ke Xinjiang untuk menyelidiki tuduhan penyiksaan dan pelanggaran HAM yang terjadi di wilayah tersebut.
China selama ini dituduh melakukan pelanggaran HAM terhadap para tahanan di Xinjiang. Namun, mereka kerap membantah klaim itu.