Pejabat AS Asal Uighur Wanti-wanti Taiwan Arti Reedukasi China

CNN Indonesia
Jumat, 02 Sep 2022 09:30 WIB
Seorang pejabat Amerika Serikat yang berasal dari etnis Uighur mewanti-wanti Taiwan tentang arti reedukasi China, Selasa (30/8).
Foto ilustrasi. Demonstrasi membela muslim Uighur di Indonesia. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Seorang pejabat Amerika Serikat yang berasal dari etnis Uighur mengingatkan Taiwan tentang arti reedukasi China yang dilakukan di Xinjiang, Selasa (30/8).

"Kelas-kelas tersebut [reedukasi] merupakan tempat sejarah ditulis ulang untuk mendikte kenyataan yang tidak pernah terjadi, meninggalkan keyakinan beragama ataupun perbedaan politik, kemudian mengubah ide-ide tersebut dengan pemikiran [Presiden China] Xi Jinping," kata pejabat AS Nury Turkel, dalam forum kebebasan beragama yang dihadiri Presiden Taiwan Tsai Ing Wen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Reedukasi tersebut, kata Turkel, juga memaksa masyarakat untuk mengakui bahwa seluruh hal yang dimiliki warga berasal dari partai.

"Kita telah melihat apa yang dilakukan Partai Komunis China [PKC] ke masyarakat Uighur," tutur Turkel, dikutip dari Newsweek.

"Kita tahu apa yang dilakukan rezim China kepada masyarakat di Hong Kong, apa yang dapat mereka perbuat kepada rakyat mereka di Shanghai dengan alasan tujuan politik. Dan kita bisa yakin bahwa pemimpin-pemimpin China bakal melakukan hal yang sama untuk Taiwan," lanjutnya.

[Gambas:Video CNN]

Selain itu, Turkel menilai Taiwan harus menengok tindakan keras China terhadap umat Muslim Uighur di Xinjiang untuk mengerti sejauh mana Beijing rela bertindak demi mencapai tujuan politik mereka.

"Taiwan harus mempelajari genosida terhadap Uighur, Anda harus mempelajari kengerian dan kekejaman yang dilakukan di siang bolong ini. Anda tidak boleh menunggu dan hanya melihat, berharap yang terbaik, ataupun berharap Anda bakal diampuni dari nasib tersebut," ujar Turkel.

Turkel juga menyoroti respons China akan kunjungan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat Nancy Pelosi ke Taiwan pada bulan lalu.

Kala itu, Duta Besar China untuk Prancis, Lu Shaye, mengatakan bahwa setelah melangsungkan reunifikasi, Taiwan bakal berhadapan dengan "reedukasi."

Pernyataan ini, menurut Turkel, menunjukkan secara jelas apa ambisi Beijing terhadap Taiwan.

"Pihak berwenang Komunis telah mengungkapkan secara jelas bahwa Taiwan harus mengerti apa yang terjadi pada masyarakat Uighur," kata Turkel.

Ia kemudian berucap, "Anda harus tahu jika Anda gagal melindungi Taiwan, nasib yang serupa bakal menerpa warga Taiwan."

Pernyataan ini merujuk pada tindakan keras pemerintah China terhadap etnis Uighur. China diketahui memenjarakan lebih satu juta warga Uighur sebagai upaya "kampanye anti-teror" selama setengah dekade.

Pihak Barat menilai tindakan China ini merupakan genosida dan kejahatan kemanusiaan. China juga dituduh memasukkan warga Uighur ke fasilitas reedukasi.

Sebagaimana diberitakan CFR, sejumlah warga yang berhasil kabur dari kamp reedukasi mengaku dipaksa bersumpah setia kepada PKC dan meninggalkan Islam.

Mereka juga diminta menyanyikan lagu yang memuji komunis dan belajar bahasa Mandarin.

Beberapa dari mereka juga merasa kamp tersebut bak penjara yang terus mengawasi gerak-gerik setiap 'tawanannya'.

Beberapa warga lain mengaku sempat disiksa dan tak diizinkan tidur selama interogasi.

Sejumlah perempuan juga mengatakan mengalami kekerasan seksual, termasuk pemerkosaan.

Beberapa lainnya bahkan mengaku berniat bunuh diri, atau melihat anggota etnis tersebut bunuh diri.

(pwn/bac)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER