Kenapa Rusia Ogah Gelar Upacara Pemakaman Mikhail Gorbachev?
Rusia tidak akan menggelar pemakaman kenegaraan bagi pemimpin terakhir Uni Soviet Mikhail Gorbachev.
Gorbachev hanya akan disemayamkan di aula besar dekat Kremlin, yang merupakan pusara para pemimpin Uni Soviet tanpa upacara kenegaraan. Beberapa pemimpin Uni Soviet yang dimakamkan di sana yakni Vladimir Lenin, Joseph Stalin, dan Leonid Brezhnev.
Presiden Vladimir Putin juga dipastikan tidak akan hadir dalam pemakaman Gorbachev besok dengan alasan jadwal yang tidak memungkinkan.
Putin bahkan membutuhkan waktu lebih dari 15 jam untuk memberikan pesan belasungkawa atas kepergian Gorbachev.
Meski begitu, Putin menyempatkan diri memberikan penghormatan terakhir dengan memberikan mawar merah di samping peti mati Gorbachev di Rumah Sakit Klinis Pusat Moskow, Kamis (1/9).
Putin terlihat membuat tanda salib dengan gaya Ortodoks Rusia sebelum menyentuh tepi peti mati itu.
Sebagaimana diberitakan Reuters, tindakan Putin ini jauh berbeda kala ia merespons kematian eks Presiden Boris Yeltsin pada 2007.
Kala itu, Putin mendeklarasikan hari berkabung nasional, pun menghadiri pemakaman kenegaraan di Katedral Kristus Sang Juru Selamat di Moskow.
Lantas, kenapa Rusia tak mau menggelar pemakaman kenegaraan untuk Gorbachev?
Salah satu alasannya karena banyak kaum dan pejabat, termasuk Presiden Vladimir Putin, menganggap Gorbachev adalah pemimpin yang gagal mempertahankan kesatuan Uni Soviet.
Gorbachev tak disukai di Rusia karena dianggap memicu kekacauan menjadi biang kerok keruntuhan Uni Soviet.
Penilaian ini muncul karena Gorbachev menerapkan berbagai reformasi yang mengubah Uni Soviet kala itu dari negara komunis dan otoriter menjadi lebih terbuka. Reformasi Gorbachev dikenal dengan istilah glasnost dan perestroika.
Selama menjabat sebagai pemimpin Uni Soviet pada 1985-1991, Gorbachev mencoba mempertahankan keutuhan 15 republik Soviet, termasuk Ukraina, dengan menerapkan berbagai reformasi yang mengubah negara komunis itu menjadi lebih terbuka yang dikenal dengan glasnost dan perestroika.
Namun, kebijakan reformasi itu malah menjadi bumerang yang mendorong belasan republik Soviet menuntut kemerdekaan hingga runtuh.
Gorbachev menjadi tokoh pemimpin yang disegani oleh negara Barat karena membiarkan negara Eropa Timur lepas dari kendali Soviet. Ia bahkan mendapat hadiah Nobel Perdamaian karena dinilai membantu mengakhiri Perang Dingin antara AS-Soviet yang berisiko berakhir dengan perang nuklir.
Namun, Gorbachev justru tidak dicintai di negaranya karena dianggap memicu kekacauan dan biang kerok keruntuhan Uni Soviet runtuh.
Putin juga pernah mengatakan pecahnya Uni Soviet sebagai bencana geopolitik terbesar abad ke-20.