Selain gempa, Sichuan juga pernah dilanda gelombang panas dengan suhu mencapai 40 derajat Celsius.
Cuaca panas ekstrem itu memicu krisis listrik dan membuat petani kehilangan hasil ternak dan panen mereka.
Pihak berwenang Sichuan bahkan sampai melakukan pemadaman bergilir terhadap kantor dan rumah penduduk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Imbas kebijakan itu, gedung pencakar langit tampak redup, pabrik tertutup, dan kereta bawah tanah gelap.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Saudi Ibu Kota Narkoba Timteng sampai Trump Sebut Biden Musuh Negara |
Dampak pemadaman listrik itu juga terasa hingga Chongqing dan provinsi timur di sepanjang Sungai Yangtze, demikian dikutip CNN.
Sichuan terkenal dengan sumber daya airnya yang kaya. Sebagian besar wilayah ini bergantung pada pembangkit listrik tenaga air.
Di tengah suhu yang terik dan kekeringan berkepanjangan, waduk di seluruh Sichuan mengering. Sehingga, melumpuhkan PLTA yang menyumbang hampir 80 persen dari kapasitas pembangkit listrik provinsi.
Pada Agustus lalu, Sichuan mengalami penurunan kapasitas pembangkit listrik tenaga air sebesar 50 persen.
Sementara itu, gelombang panas yang tak henti-henti mendorong permintaan listrik ke level tertinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sichuan berada di lembah atas Sungai Yangtze dan merupakan wilayah terbesar kedua di China.
Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Gansu dan Shaanxi di sebelah utara di sebelah timur berbatasan dengan Chongqing, di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Qinghai.
Sichuan memiliki iklim yang sejuk dan lembab, tanah yang subur dan sumber daya mineral serta kehutanan yang melimpah.
Wilayah ini disebut-sebut menjadi salah satu provinsi yang paling makmur dan mandiri secara ekonomi.
Beberapa orang melihat Sichuan sebagai negara di dalam negara dan China versi kecil.
(isa/bac)