Dalam sebuah video, seorang perempuan di Kota Kerman, Iran menggunting rambutnya yang terpampang secara publik tanpa tertutup hijab. Aksi ini dilakukan kala ribuan orang memprotes kematian Mahsa Amini pada Selasa (20/9) malam.
Tak hanya itu, sejumlah pedemo tampak membuat api unggun, berkelahi dengan polisi, ataupun melepas dan membakar hijab mereka. Pendemo lain juga terlihat menghancurkan poster Pemimpin Tertinggi Iran dan berteriak, "Matilah diktator."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Video lain juga menunjukkan sejumlah pendemo muda berkumpul di api unggun sembari berkata, "Kami adalah anak perang. Ayo maju dan bertarung, dan kami akan membalasnya."
Sebagaimana diberitakan CNN, protes ini berlangsung di ibu kota Teheran, Mashad, bahkan hampir seluruh wilayah Kurdish, termasuk Kermanshah dan Hamedan.
Walaupun dilakukan dengan skala besar, demonstrasi kemarin berlangsung dengan cepat. Kelompok pendemo berkumpul dan bubar dalam waktu cepat agar tak ditindak pasukan keamanan Iran.
Salah satu sumber mengatakan setidaknya terjadi satu tindakan keras dari polisi kepada pendemo Iran. Itu terjadi di dekat Aula Enghelab (Revolusi) Iran di dekat Universitas Teheran.
"Dua pria muda dipukul oleh polisi berpakaian preman dan polisi anti huru-hara, kemudian diseret ke van di depan gerbang masuk kereta bawah tanah," tutur sumber itu kepada CNN.
"Seorang perempuan yang terluka tergeletak di sisi jalan dan kemudian dibawa ke rumah sakit menggunakan ambulans. Sementara itu lima lainnya ditangkap di sisi utara Aula Enghelab."
Tak hanya itu, Organisasi Hak Asasi Manusia Hengaw menyampaikan setidaknya lima pendemo terkena tembakan fatal saat menjalankan aksi di wilayah Kurdi dalam beberapa hari terakhir.
Lebih lanjut, organisasi itu menuturkan sebanyak 75 orang terluka di sejumlah kota selama sepekan terakhir.
Di sisi lain, protes ini menjadi sorotan akibat skala, keganasan, dan watak feminis yang dibawanya. CNN juga menyampaikan protes sebesar ini terjadi terakhir tiga tahun lalu, kala pemerintah meningkatkan harga gas pada 2019.
Protes ini berlangsung usai kematian Amini yang sempat ditangkap oleh polisi moral Iran pada Selasa pekan lalu.
Pejabat Iran mengklaim Amini meninggal dunia akibat serangan jantung lalu koma. Namun, keluarganya mengatakan Amini tak memiliki riwayat penyakit jantung.
Amini sendiri sempat berkunjung ke Teheran dari wilayah Kurdistan. Namun, ia dihentikan oleh polisi moral yang bertugas memantau cara perempuan Iran berpakaian, seperti berhijab.
Berdasarkan pemberitaan IranWire, aktivitas HAM yang sempat berbicara dengan keluarga Amini menuturkan polisi menculik Amini dan membawanya ke mobil polisi.
Saudara Amini, Kiarash, sempat berupaya menggagalkan tindakan polisi. Namun, polisi mengatakan Amini bakal "di reedukasi" selama satu jam di kantor polisi.
Kala ia menunggu Amini di kantor polisi, satu ambulans muncul dan secara rahasia membawa Amini ke rumah sakit.
Sebagaimana diberitakan ABC News, Amini ditangkap pihak kepolisian karena tak menggunakan hijab yang sesuai.
(bac/pwn/bac)