Rusia soal Warga Kabur Ogah Wamil Perang di Ukraina: Lebay, Hoaks
Rusia menyatakan laporan mengenai warga laki-laki berbondong-bondong karena ogah direkrut wajib militer untuk berperang di Ukraina sangat berlebihan.
"Informasi soal heboh di bandara dan sebagainya sangat dibesar-besarkan. Ada banyak informasi palsu soal ini," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, seperti dikutip Reuters.
Ia kemudian berujar, "Kami harus sangat berhati-hati soal ini agar tak menjadi korban informasi palsu soal masalah ini."
Namun, Peskov tak menampik bakal ada mobilisasi pasukan ke Ukraina.
"Operasi khusus mulai memenuhi tujuan di Ukraina. Sekarang kita secara de facto berhadapan dengan blok NATO dengan semua kemampuan logistik mereka," ujar Peskov.
Namun, dia membantah bahwa konflik di Ukraina bisa disebut perang. Peskov ngotot tindakan Rusia sejak awal invasi sebagai operasi militer khusus.
"Eksodus" warga ini terjadi tak lama setelah Presiden Valdimir Putin memerintahkan wajib militer yang memungkinkan perekrutan warga menjadi tentara cadangan untuk berperang di Ukraina.
Banyak warga laki-laki Rusia di usia wajib militer memilih kabur ke luar negeri karena takut direkrut untuk berperang di Ukraina.
Fenomena kabur itu tampak di dua jalur, yaitu darat dan laut. Mereka yang memilih via udara langsung berangkat ke bandara, dan menyebabkan tiket dari Rusia habis terjual.
Mayoritas yang kabur memutuskan pergi ke negara tetangga Rusia, seperti Armenia, Georgia, Azerbaijan, dan Kazakhstan.
Mereka yang memilih jalur udara kebanyakan langsung tancap gas menuju Finlandia dan Georgia. Penjaga perbatasan Finlandia melaporkan arus kendaraan di perbatasan negara mereka dengan Rusia semakin intens sejak Rabu malam hingga Kamis siang.
Pengumuman wajib militer ini juga memicu demonstrasi besar di Negeri Beruang Merah. Pemerintah merespons aksi itu dengan menangkap peserta aksi.
Menurut laporan kelompok pemantau independen OVD-Info, setidaknya 1.300 orang ditangkap saat demonstrasi pecah di berbagai kota di Rusia.
Dari ribuan warga itu, 520 di antaranya ditahan di Moskow, sementara 524 lainnya dibekuk di St Petersburg.
(isa/has)