Pemimpin Chechen Kesal Rusia KO di Ukraina, Serang Pejabat Militer

CNN Indonesia
Rabu, 05 Okt 2022 16:10 WIB
Pemimpin Chechen, Ramzan Kadyrov, kesal Rusia kalah di Lyman Ukraina. (AFP/ALEXEY NIKOLSKY)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemimpin Chechen sekaligus loyalis Presiden Rusia Vladimir Putin, Ramzan Kadyrov, kecewa dengan kekalahan pasukan Rusia dari Ukraina di kota kunci Lyman, Donetsk.

Kadyrov marah karena militer Rusia mengecewakan negara. Ia pun mengkritik para jenderal militer Rusia pilihan Presiden Vladimir Putin yang menurutnya sarat nepotisme.

"Nepotisme dalam tentara tidak akan membawa kebaikan," kata Kadyrov seperti dikutip Reuters pada Selasa (4/10).

Kekecewaan Kadyrov itu disampaikan usai pasukan Rusia menarik pasukan militernya karena kalah melawan Ukraina.

Kadyrov yang menyebut dirinya telah mendukung invasi dan mengirim banyak pasukan demi membantu Rusia, tidak terima dengan keputusan Putin tersebut. Menurutnya, pasukan Rusia tidak diberikan komunikasi memadai sehingga kalah dalam pertempuran.

"Pasukan tidak diberikan komunikasi, interaksi, dan pasukan amunisi yang diperlukan," kata Kadyrov di saluran Telegramnya.

Ia lalu menyalahkan komandan Distrik Militer Pusat Alexander Lapin atas kekalahan Rusia di Lyman. Kadyrov menuduh Lapin memindahkan markas besarnya ke Starobelsk sebagai bentuk melarikan diri dari medan perang.

"Dia (Lapin) memindahkan markas besarnya ke Starobelsk, seratus kilometer jauhnya dari para pasukannya. Dia bersembunyi di Luhansk," ujar Kadyrov.

Dalam kritiknya tersebut, Kadyrov pun meminta Putin memecat para komandan militer yang bertugas di Lyman dan sejumlah titik lainnya di mana pasukan Rusia kalah.

Ia juga meminta Rusia mempertimbangkan menggunakan senjata nuklir taktis kecil di Ukraina demi merespons perlawanan sengit pasukan Presiden Volodymyr Zelensky.

Selain Kadyrov, wakil ketua parlemen Duma sekaligus mantan jenderal, Andrey Gurulyov, sampai kehilangan kata-kata atas kekalahan pasukan Rusia di Lyman. Gurulyov mengaku tak mengerti dengan kecerobohan Rusia kala menyerang wilayah itu.

"Saya tidak mengerti mengapa mereka (militer Rusia) tidak menilai dengan benar situasi pada waktu itu, tidak memperkuat pasukan," kata Gurulev kepada saluran digital pro-Kremlin, Soloviev Live, pada Minggu (2/10).

"Pasukan Rusia itu telah dikutuk oleh sistem, kebohongan yang terus-menerus yang melihat masalah di dalam militer tapi berusaha ditutup-tutupi oleh para elite," papar Gurulyov lagi.

Media pemerintah Rusia, Russia-24 membeberkan alasan penarikan pasukan dari Lyman adalah karena "musuh menggunakan artileri buatan Barat dan intelijen dari negara NATO."

Penghinaan publik semacam itu terhadap para elite militer Rusia yang menjalankan perang Rusia di Ukraina merupakan sikap yang signifikan dan langka. Sebab, selama ini Rusia membungkam ketat kritik operasi militernya di Ukraina.

Rusia bahkan mengesahkan undang-undang yang dapat menghukum seluruh pihak yang dinilai menyebarkan informasi palsu terkait invasi di Ukraina. Sejumlah pihak juga menilai kritik dan penghinaan semacam ini semakin menunjukkan tingkat frustrasi di kalangan elit Putin atas kelanjutan invasi.

Hujanan kritik terhadap para jenderal Rusia ini datang setelah Ukraina berhasil melancarkan perlawanan sengit hingga menendang pasukan Rusia dari Lyman, Donetsk, dan dua wilayah lain di Kherson. Kedua wilayah itu telah dicaplok Rusia pada Jumat pekan lalu.

Ukraina berhasil menyapu bersih tentara Rusia hanya berselang sehari setelah mereka memasuki kota di utara Donetsk tersebut.

Pergerakan pasukan Ukraina ini semakin meyakinkan banyak pihak jika Rusia sebenarnya semakin terdesak dalam melancarkan invasinya bahkan setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan pencaplokan empat wilayah eks negara Uni Soviet itu.

Rusia mendeklarasikan pencaplokan usai keempat wilayah itu menggelar referendum. Hasil referendum "semu" mengklaim mayoritas warga di empat wilayah pendudukan Rusia itu ingin bergabung dengan Negeri Beruang Merah.

(blq/bac)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK