Israel dan Lebanon mencapai kesepakatan maritim bersejarah untuk menyelesaikan sengketa terkait ladang gas yang sudah lama mengganjal hubungan kedua negara.
"Israel dan Lebanon mencapai kesepakatan bersejarah untuk menyelesaikan sengketa maritim," demikian pernyataan resmi Perdana Menteri Israel, Yair Lapid, yang dikutip AFP, Selasa (12/10).
Lapid menegaskan bahwa kesepakatan tersebut akan memperkuat keamanan Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, kantor kepresidenan Lebanon menyatakan proposal yang diajukan utusan Amerika Serikat selaku mediator, Amos Hochstein, memuaskan bagi negaranya.
Dengan proposal tersebut, sengketa antara Israel dan Lebanon terkait ladang gas Karish terselesaikan. Sengketa ini sudah mengganjal sejak lama.
Bagi Tel Aviv, ladang gas itu berada di dalam perairannya dan tak bisa dinegosiasikan. Di sisi lain, Lebanon mengklaim bagian dari ladang tersebut.
Kelompok milisi Hizbullah pun siap menyerang jika Israel memulai produksi di Karish. Namun kini, kelompok itu setuju dengan kesepakatan yang dicapai pemerintah.
Dalam draf kesepakatan yang bocor ke media, semua ladang Karish akan berada di bawah kendali Israel.
Sementara itu, untuk ladang gas potensial lain, seperti di Qana, akan dibagi. Namun, eksploitasinya bakal ada di bawah kendali Lebanon.
Perusahaan minyak Prancis, Total, akan diberikan lisensi untuk mencari gas di ladang Qana. Israel bakal menerima sebagian pendapatan dari Qana.
Kesepakatan tersebut juga menuai pujian dari banyak pihak, salah satunya Presiden AS, Joe Biden. Ia menganggap perjanjian itu sebagai terobosan.
Ia juga menggarisbawahi betapa penting kedua belah pihak menjunjung tinggi komitmen mereka untuk menerapkan kesepakatan itu.
"Pemerintah Israel dan Libanon sepakat untuk secara resmi mengakhiri sengketa batas laut mereka," kata Biden.
(isa/has)