Menurut pengamat hubungan internasional Universitas Indonesia, Suzie Sudarman, RI bakal "memilih jalan yang paling baik untuk bangsa dan menjaga persahabatan antar bangsa."
"Indonesia harus benar-benar waspada dan cermat untuk menentukan sikap yang bebas aktif," kata Suzie ketika dihubungi CNNIndonesia.com pada Kamis (6/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Suzie menilai Indonesia mungkin bakal mengadakan Garuda Shield dengan lebih sering merespons gerak China yang lebih agresif. Garuda Shield sendiri merupakan latihan militer gabungan antara AS dan Indonesia.
Pendapat yang senada juga diungkapkan pengamat hubungan internasional Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah.
"Inilah cantiknya bebas aktif, kita dekat dengan mereka berdua. Dan kita mengambil manfaat dari hubungan ekonomi, hubungan pendidikan, dan hubungan pertahanan keamanan [dengan AS dan China]," ujar Rezasyah ketika diwawancara CNNIndonesia.com, Kamis (6/10).
"Kalau misalnya secara ekonomi kita sangat dekat dengan China, tetapi secara pertahanan keamanan kita sangat dekat dengan Amerika Serikat," lanjutnya.
Selain itu, Rezasyah menilai penting bagi Indonesia untuk berhati-hati agar tidak terseret persaingan kedua negara.
"Untuk itu perlu kehati-hatian, agar jangan sampai terkesan kita itu memihak salah satu [negara]. Maka kita bekerja sama dengan mereka berdua," tutur Rezasyah lagi.
Sebagaimana diberitakan The Diplomat, sejauh ini, Indonesia secara relatif berhasil menjaga hubungan bilateral dengan Washington dan Beijing, pun menjaga prinsip politik luar negeri "bebas aktif."
Pengamat dari Institut Pertahanan dan Studi Strategis di Singapura, Collin Koh, juga berpendapat hubungan Indonesia dengan China lebih condong kepada ekonomi, sementara Indonesia memiliki relasi pertahanan dan keamanan yang dekat dengan Amerika Serikat.
(pwn/bac)