Semangat revolusi di Rusia menjalar hingga ke China. Dua orang revolusioner di negara itu yakni Li Dazhao dan Chen Duxiu kemudian mendirikan Partai Komunis pada 1921 di Shanghai.
Partai ini disebut turut mempersenjatai para petani dan buruh atau yang disebut tentara merah melawan penjajahan Jepang di China.
Seiring berjalannya waktu, PKC juga mengeluarkan program yang dianggap berbahaya. Beberapa di antaranya Great Leap forward atau Melompat Jauh ke Depan pada 1958-1960.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuan program ini untuk membangkitkan ekonomi Tiongkok melalui industrialisasi secara besar-besaran dan memanfaatkan jumlah tenaga kerja murah, tetapi gagal.
Lalu pada 1966, Mao merilis Revolusi Kebudayaan. Namun, di tengah program ini internal PKC pecah, antara orang-orang yang mendukung Mao, dan yang mendukung Liu Shaoqi serta Deng Xiaoping.
Program ini muncul sebagai cara menghidupkan kembali revolusi komunis dengan memperkuat ideologi dan menyingkirkan lawan.
PKC juga melarang anggotanya memeluk semua agama. Selain itu, organisasi ini tak mengizinkan anggota atau keluarnya menghadiri perayaan agama tertentu.
Partai Komunis Indonesia (PKI) dibentuk pada Mei 1914. Partai ini menjadi salah satu partai terbesar di Indonesia sebelum dibubarkan pada 1965.
PKI menjadikan pedesaan sebagai basis gerakan mereka. Partai ini juga mendirikan organisasi sayap seperti Barisan Tani Indonesia (BTI) dan Serikat Tani Indonesia (SAKTI).
Organisasi sayap tersebut muncul sebagai cara PKI meraih dukungan dalam Pemilu 1955, demikian dikutip Universitas Indonesia Library.
Selain itu, PKI juga mendorong Undang-Undang Reformasi Tanah. Aturan ini membuat mereka memperluas kampanye menurunkan sewa tanah. Sebesar 40 persen hasil panen bersih bagi pemilik tanah, sedangkan 60 persen bagi petani penggarap.
Pada akhirnya, Soekarno selaku presiden pertama RI mengesahkan UU tersebut.
Berbeda dengan Partai Komunis China soal agama, PKI membebaskan anggotanya memeluk agama mana pun.
"Secara resmi PKI juga menyampaikan ucapan selamat hari raya [agama-agama] besar di Indonesia di setiap waktunya," kata sejarawan Indonesia, Andi Achdian pekan ini.
Mereka bahkan mengakui Pancasila sebagai ideologi negara. Di mana, poin pertama berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa."
"Orang-orang komunis mengaku dan menerima Pantja Sila, salah satu dari lima prinsip itu [adalah] Ketuhanan Yang Maha Esa, termasuk pengertian tidak boleh melakukan propaganda anti-agama di Indonesia," kata ketua PKI, DN Aidit saat berpidato pada 1962 lalu, tujuh tahun setelah Indonesia merdeka.
Lebih lanjut, Aidit mengatakan pihaknya menerima konsep Pancasila karena komunis di Indonesia memang tak berminat melakukan propaganda anti-agama.
"Tetapi di sisi lain, komunis juga menuntut agama tak boleh dipaksakan kepada orang, karena ini tidak sesuai dengan perasaan kemanusiaan, perasaan nasionalis, tidak selaras dengan demokrasi dan keadilan," terang dia, seperti dikutip Indonesia at Melbourne.
(isa/bac)