Rusia tengah bersiap melakukan latihan uji coba nuklir skala besar di tengah ancaman Presiden Vladimir Putin untuk menggunakan senjata tersebut.
Beberapa pejabat Amerika Serikat dan Barat memprediksi latihan nuklir tersebut bakal dilakukan dalam beberapa hari ke depan. Rudal balistik juga dikabarkan akan digunakan dalam latihan itu.
Seorang pejabat AS mengatakan latihan nuklir Rusia ini bakal dilangsungkan pada pekan depan, bersamaan dengan latihan nuklir tahunan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagaimana dilansir Reuters, Rusia kadang-kadang melakukan latihan nuklir sekitar Oktober tiap tahunnya. Namun, Barat khawatir akan motif latihan ini, mengingat itu terjadi kala Rusia menginvasi Ukraina.
Sementara itu, profesor hubungan internasional Universitas Innsbruck, Gerhard Mangott, menilai ancaman Rusia mengerahkan senjata nuklir saat ini serius.
"Kepemimpinan Rusia sedang memperlihatkan kepada Ukraina dan pemerintahan Barat bahwa Rusia cukup mampu, tetapi juga mungkin bersedia, menggunakan senjata nuklir," kata Mangott kepada Deutsche Welle.
"Saat ini, itu [penggunaan nuklir] dimanfaatkan sebagai pencegah. Untuk memberikan sinyal Ukraina tak boleh meneruskan serangan ofensifnya, dan Barat tak boleh terus mendukungnya [Ukraina] dengan senjata," lanjutnya.
Selain itu, Mangott menilai Putin mungkin bakal benar-benar mengerahkan senjata nuklir jika Ukraina tetap melakukan serangan ofensif meski ancaman nuklir telah dicetuskan.
"Sebagai pesan radikal [yang memuat maksud] 'hentikan serangan ofensif', Rusia dapat menggunakan senjata nuklir taktis di atas Laut Hitam atau di Kamchatka," katanya.
Mangottt juga mengatakan penggunaan senjata nuklir taktis bakal dilakukan di daerah Ukraina yang tak berpenduduk.
Namun, Mangott menegaskan bahwa saat ini pemerintah Rusia belum memutuskan untuk menggunakan senjata nuklir.
"Kita belum sampai ke sana, atau berada di tahap itu, di mana Rusia dalam bahaya kalah di perang ini," kata Mangott.
"Tetapi di setiap kekalahan yang dialami Rusia di medan perang, dengan beberapa wilayah yang berhasil direbut kembali militer Ukraina, kemungkinan situasi ke arah sana meningkat."
Walaupun begitu, jika Rusia benar-benar menggunakan nuklir, Moskow bakal mendapatkan konsekuensi parah atas itu.
"Meski hanya uji coba, itu sebenarnya merupakan pelanggaran atas Perjanjian Larangan Uji Komprehensif yang diratifikasi oleh Rusia, dan berujung pada sanksi ekonomi dan finansial parah," kata Mangott.
Tak hanya itu, Mangott menilai China mungkin dapat mencegah Rusia meluncurkan serangan nuklir. China sendiri mengambil posisi netral dalam merespons perang di Ukraina.
"Putin bergantung pada China. Dengan lebih banyak melibatkan China, dunia memiliki kesempatan untuk mendapatkan gencatan senjata, sebagai langkah pertama," katanya.
(pwn/bac)