Sederet kabar meramaikan berita internasional Kamis (13/10), mulai dari empat negara mendukung Rusia mencaplok empat wilayah Ukraina hingga Arab Saudi menyindir Amerika Serikat soal minyak.
Empat negara mendukung Rusia mencaplok empat wilayah Ukraina dalam pemungutan suara di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Selasa (12/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemungutan suara itu digelar untuk meloloskan resolusi pengecaman pencaplokan Rusia atas Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia.
Dalam pemungutan suara ini, lima negara setuju Rusia mencaplok keempat wilayah tersebut. Mereka adalah Belarus, Korea Utara, Nikaragua, Suriah, dan Rusia.
Sementara itu, sekutu dekat Rusia, China, memilih untuk abstain. Indonesia dan 142 negara lainnya menolak pencaplokan tersebut.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengisyaratkan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Presiden China, Xi Jinping, akan hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada November mendatang.
Retno mengatakan bahwa semua negara anggota, yang berarti termasuk China dan Rusia, memberikan respons positif terkait kehadiran pemimpin mereka di KTT G20.
"Sejauh ini, kita tidak menerima respons negatif. Kita tidak menerima respons negatif dari semua negara G20 sejauh ini mengenai kehadiran leaders-nya," kata Retno dalam jumpa pers di Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Kamis (13/10).
Menegaskan pernyataan Retno, Staf Khusus untuk Penguatan Program-Program Prioritas Kemlu RI, Dian Triansyah Djani, mengatakan, "Sampai saat ini, tidak ada yang bilang tidak akan hadir ke [KTT G20]."
"Mengenai siapa yang akan hadir, seperti halnya setiap KTT, tentunya pasti akan sampai menit terakhir konfirmasinya. Namun saat ini, semua kedutaan-kedutaan di sini sudah mengirimkan timnya, dan kita sendiri, Kemlu, telah melakukan briefing pekan ini kepada perwakilan mengenai persiapan logistiknya."
Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel Al-Jubeir, menyindir sikap Amerika Serikat yang menuding pihaknya bekerja sama dengan Rusia dan tak mau memenuhi permintaan Washington terkait minyak.
"Arab Saudi tidak berpihak pada Rusia. Arab Saudi berada di pihak untuk mencoba memastikan stabilitas pasar minyak," ucap Al-Jubeir, seperti dikutip CNN, Rabu (12/10).
Al-Jubeir lalu menegaskan bahwa Arab Saudi tak mempolitisasi minyak. Semua itu semata-sama untuk kepentingan konsumen dunia.
"Kami tak menjadikan minyak sebagai senjata. Kami menilai minyak sebagai komoditas kami. Tujuan kami untuk membawa stabilitas [harga] ke pasar minyak," kata Al-Jubeir.
Al-Jubeir menegaskan bahwa pemangkasan produksi minyak mereka lakukan untuk menghindari perubahan besar harga. Menurutnya, tak ada motif politik di balik itu.
(has)