Nestapa Gambia usai 70 Anak Meninggal Akibat Gagal Ginjal Akut

pwn | CNN Indonesia
Kamis, 20 Okt 2022 12:00 WIB
Gambia menjadi salah satu negara yang kini berhadapan dengan kasus kematian anak akibat gangguan gagal ginjal akut.
Orang tua berduka karena anaknya meninggal akibat gagal ginjal akut. (AFP/MILAN BERCKMANS)
Jakarta, CNN Indonesia --

Gambia menjadi salah satu negara yang kini berhadapan dengan kasus kematian anak akibat gangguan gagal ginjal akut.

Salah satu orang tua pasien, Wuri Bailo Keita (33), menceritakan apa yang dialami anaknya, Fatoumatta (2), ketika mengalami penyakit itu lalu meninggal dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keita mengatakan anaknya sempat demam dan dibawa ke rumah sakit. Fatoumatta kemudian didiagnosis malaria lalu dianjurkan pulang ke rumah setelah diresepkan sirop parasetamol.

Kurang dari sepekan, Fatoumatta meninggal dunia.

"Dia tidak bisa makan apapun, dan dia mengeluarkan darah dari mulut dan hidungnya," kata Keita seperti dikutip dari AFP.

"Di satu titik, saya berdoa kepada Tuhan untuk mengambil nyawanya."

[Gambas:Video CNN]

Sebagaimana diberitakan Reuters, Fatoumatta merupakan satu dari 70 anak di Gambia yang meninggal dunia akibat gangguan ginjal akut sejak Juli.

Kematian anak-anak tersebut berhubungan dengan empat sirop obat batuk yang dibuat India.

Setop Impor Obat dari India

Merespons masalah tersebut, Presiden Gambia Adama Barrow menangguhkan izin impor perusahaan pembuatan obat batuk India ini.

Barrow juga berjanji untuk memperbarui aturan terkait obat-obatan, pun memuji kinerja Kementerian Kesehatan Gambia karena berhasil mencegah tambahan kematian.

Namun, masyarakat masih sedih dan marah kepada pemerintah. Angka kematian juga masih terus meningkat.

"Presiden Barrow seharusnya memecat menteri kesehatan. Tetapi ketimbang memecatnya, dia malah memuji menteri itu," ujar Keita.

"Kami ingin keadilan untuk anak-anak tersebut," lanjutnya.

Selain itu, media sosial Gambia dipenuhi dengan kritik kepada sistem kesehatan negara itu, pun foto anak-anak yang meninggal dunia.

Kebanyakan anak-anak yang menjadi korban berusia di bawah lima tahun.

"Ini waktunya pemerintah untuk melangkah dan menghentikan produk itu," kata Mariama Kuyateh, seorang ibu yang kehilangan anaknya, Musa, pada September.

"Jika mereka tidak melakukannya, dan sirop lain masuk ke negara ini, itu bakal sangat buruk."

Sebagaimana diberitakan AFP, kisruh ini dimulai setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan zat berbahaya dalam empat jenis sirop buatan Maiden Pharmaceuticals di India.

Dari hasil tes, WHO mengungkapkan temuan kandungan dietilen glikol dan etilen glikol yang dilarang di keempat obat itu.

WHO juga menerangkan efek samping dari zat tersebut adalah "gangguan ginjal akut yang dapat menyebabkan kematian."

Maiden Pharmaceuticals sendiri tak merespons permintaan komentar AFP setelah laporan WHO keluar.

Di sisi lain, pemerintah Gambia pada 23 September memerintahkan penarikan seluruh obat sirop yang mengandung parasetamol dan promethazine.

Pemerintah Gambia juga menilai bakteri E.coli menjadi salah satu penyebab kematian anak-anak tersebut.

(bac)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER