Jakarta, CNN Indonesia --
Ajaran Wahabi menjadi sorotan di Indonesia usai Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta pemerintah Indonesia melarang paham ini.
Permintaan itu muncul sebagai hasil rekomendasi dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Dakwah PBNU yang digelar di Asrama Haji Jakarta, 25-27 Oktober 2022.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlepas dari permintaan itu, banyak yang memandang wahabi dan salafi adalah hal yang sama. Keduanya padahal memiliki perbedaan.
Menurut pakar kajian Timur Tengah dari Universitas Indonesia Sya'roni Rofii mengatakan wahabi adalah nama kelompok keagamaan, yang didirikan Muhammad bin Abdul Wahab, sementara ajarannya bernama Salafi.
[Gambas:Video CNN]
"Salafi artinya kembali ke masa lampau. Kelompok Salafi berkeyakinan hanya Quran dan Hadis sebagai sumber ajaran, ruang untuk ijtihad dan akulturasi budaya ditutup rapat," kata Sya'roni kepada CNNIndonesia.com, Senin (31/10).
Lebih mudahnya, wahabi merupakan pemikiran dan punya tafsir sendiri atas ajaran Islam, serta ingin memurnikannya.
Pemurnian Islam yang dimaksud yakni memurnikan Islam dari bentuk mistik, doktrin perantara, rasionalisme, ajaran Syiah, dan ajaran yang dianggap bidah.
Lanjut baca di halaman berikutnya...
Sementara itu, Salafi merupakan bentuk nisbat terhadap kata as salaf.
"Secara epistimologis, kata "as salaf: sendiri bermakna orang-orang yang hidup sebelum zaman kita," demikian menurut Idharm dalam buku 'Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi.'
Di buku itu, as salaf bisa dimaknai sebagai generasi tiga abad pertama setelah Nabi Muhammad meninggal. Mereka yakni para sahabat, pengikut Nabi setelah masa sahabat (tabi'in), dan pengikut setelah masa tabi'in yakni tabi at-tabi'in.
"Oleh karena itu, seorang Salafi berarti seseorang yang mengikuti ajaran para sahabat Nabi," jelas Idharam dalam bukunya.
Lebih lanjut, Idharam mengungkapkan sebetulnya siapa saja yang mengaku muslim sedikit banyak memiliki kadar kesalafian dalam dirinya. Meskipun, ia tidak menggembar-gemborkan dirinya sebagai salafi.
Namun, belakangan istilah salafi jadi polemik. Muncul sebagian kelompok atau sekte yang gemar melakukan propaganda dan klaim sebagai satu-satunya kelompok salaf, dan yang lain bukan salaf.
Di luar itu, kelompok ini dituding berbahaya karena cenderung menyimpang dari ajaran Islam yang benar dianut mayoritas umat Islam sejak zaman Nabi Muhammad.
Tak Ada Perbedaan dalam Ajaran Pemurnian Islam
Dalam buku itu, Idharam menyebut kelompok yang dimaksud dahulu bernama wahabi.
"Tidak ada perbedaan antara Salafi yang ini dengan wahabi. Sewaktu di Jazirah Arab, mereka lebih dikenal dengan Wahhabiyah Hanbaliyah. Namun, ketika diekspor keluar Saudi, mereka menamakan dirinya 'salafi',"" tulis dia merujuk buku Al Salafiyyah al Wahhabiyyah yang ditulis Hasan bin Ali As Segaf.
Dalam buku yang lain, "As salafiyah Marhalah Zamaniyah Mubarokah La Madzhab Islamiy", tertulis wahabi berganti menjadi salafi atau terkadang ahlussunnah tanpa diikuti wal jamaah.
Kelompok ini tak nyaman jika disebut wahabi oleh yang lain. Wahabi memiliki sejarah kelam saat muncul di Saudi, terutama pasca-kemenangan Khalifah Ali atau yang disebut Khawarij.