Di sisi lain, Najd, yang dulu masih menjadi Jazirah Arab ingin memisahkan diri. Ketika itu, Gubernur Najd adalah Muhammad Ibn Saud.
Saud dan Ibn Abdul Wahhab lalu sepakat mendedikasikan diri mengembalikan ajaran Islam yang murni kepada komunitas Muslim.
Pada 1788, mereka berhasil menguasai seluruh dataran tinggi dan tengah Najd. Lalu awal abad ke -19, kekuasaannya meluas ke sebagian besar Semenanjung Arab termasuk Makkah dan Madinah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Popularitas dan kesuksesan penguasa Al Saud menimbulkan kecurigaan Kesultanan Utsmaniyah atau Ottoman, yang saat itu menjadi kekuatan dominan di Timur Tengah atau Afrika.
Pada 1818, Ottoman mengirim pasukan dalam jumlah bersar ke barat Arabia. Mereka juga mengepung Diriyah.
Cucu Muhammad Saud, Abdul Aziz, lalu melarikan diri ke luar negeri untuk menghimpun kekuatan baru dengan Inggris.
Kerja sama Kerajaan Britania dengan Wangsa Saud tertuang dalam Perjanjian Darin yang berisi pengakuan Inggris terhadap wilayah kekuasan Saud.
Selain itu, dalam kesepakatan tersebut juga tercantum bahwa tentara Inggris bersedia membantu Saud melawan Kesultanan Utsmaniyah.
Kemudian pada 1927, hubungan kedua pihak itu semakin kuat dengan munculnya Perjanjian Jeddah. Lima tahun kemudian, Kerajaan Arab Saudi didirikan pada 1932.
(isa/bac)