Sejumlah Korea Selatan mengaku mulai takut berdesak-desakan naik kereta sebelum masuk ke gerbong usai tragedi perayaan Halloween di distrik Itaewon pekan lalu.
Seorang pekerja kantoran berusia 30 tahun, sebut saja Lee, harus turun di stasiun lain sebelum sampai lokasi tujuan. Ia berangkat dari Stasiun Dangsan ke Stasiun Sinnonhyeon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak bisa bernapas. Ini bukan pertama kalinya saya merasa seperti tercekik selama perjalanan kereta bawah tanah pagi. Serius, itu mirip serangan panik," kata Lee, seperti dikutip Korea Times, Rabu (2/11).
Lee naik kereta di Jalur 9, yang terkenal padat saat jam sibuk.
Ketika ia berdesakan di dalam kereta, Lee langsung teringat Tragedi Itaewon yang menyebabkan 156 orang meninggal pada 30 Oktober lalu.
"Meskipun saya tidak ada di sana malam itu, saya merasakan sesuatu yang mengerikan seperti itu bisa terjadi di kereta bawah tanah juga," ungkap Lee lagi.
Mereka yang hadir di festival Halloween berdesak-desakan bahkan sampai ada yang terjepit di gang sempit.
Insiden ini tampaknya mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat Korsel. Mereka yang terbiasa dengan kepadatan kini menyadari kondisi semacam itu berbahaya.
Menurut data pemerintah Seoul 2021, kepadatan rata-rata di jam sibuk antara stasiun Noryangjin dan Dongjak di Jalur 9 sebesar 185 persen.
Jika tingkat kepadatan melebihi 150 persen, penumpang tak bisa bergerak bebas di dalam kereta api sama sekali.
Para penumpang kereta menilai jalur itu sebagai negara. Di jalur ini mereka berdesak-desakan masuk atau keluar dari kereta, sementara beberapa penumpang gagal turun di perhentian mereka.
Lihat Juga : |
Kereta bawah tanah di Seoul sangat padat sehingga bisa menyebabkan kesulitan bernapas atau serangan panik bagi beberapa penumpang.
Kepala Asosiasi Profesional Keselamatan Korea, Lee Song-kyu, memperingatkan bahwa bencana kerumunan yang tidak terduga dapat terjadi pada pertemuan atau acara besar apa pun.
"Saya tak akan mengatakan ada kemungkinan besar kereta bawah tanah yang penuh sesak akan menyebabkan kerumunan massa yang serius," ujar dia.
"Tapi saya pikir tragedi Itaewon menunjukkan kepada kita bahwa bencana kerumunan dapat terjadi secara tak terduga di tempat-tempat sehari-hari dan dengan demikian pemerintah setempat, serta masyarakat biasa, harus tetap waspada," jelas Lee lagi.
(isa/bac)