Biden juga meminta Xi mengklarifikasi posisi jelas China terkait sejumlah isu, termasuk perang antara Rusia-Ukraina, juga ambisi nuklir Korea Utara.
Sejak Rusia mulai menginvasi Ukraina, China terlihat ingin bersikap netral, tapi masih dianggap dekat dengan Negeri Beruang Merah.
Namun dalam pertemuan ini, Biden dan Xi sepakat "bahwa perang nuklir tak boleh terjadi dan tak bisa dimenangkan oleh siapa pun dan menggarisbawahi penolakan mereka terhadap penggunaan ancaman senjata nuklir di Ukraina."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan itu, Biden juga memperingatkan Xi bahwa jika China tak bisa membendung ambisi Korut sebagai sekutu dekat mereka, maka AS akan terus meningkatkan kehadiran di kawasan tersebut.
Biden dianggap menyiratkan bahwa politik dalam negeri AS masih menjadi ganjalan untuk memenuhi tuntutan China, terutama terkait Taiwan.
Selama ini, AS menjalin hubungan dengan Taiwan berdasarkan Undang-Undang Relasi Taiwan. Dalam UU itu, AS mengizinkan hubungan dengan Taiwan dalam batasan-batasan tertentu.
Kongres AS pun berkali-kali mempertimbangkan untuk memberikan bantuan kepada Taiwan di tengah ancaman China.
Dalam pertemuan kali ini, Biden menegaskan bahwa posisi AS terkait Taiwan tidak akan berubah.
Selain itu, Biden dianggap harus memuaskan Kongres, apalagi jika ia ingin kembali ikut dalam pemilihan umum dua tahun mendatang.
(has)