AS ke China: Serang Taiwan Akan seperti Kesalahan Rusia di Ukraina
Jenderal tinggi Pentagon pada Rabu (16/11) memperingatkan China bahwa setiap serangan terhadap Taiwan akan menjadi kesalahan strategis yang sama buruknya dengan invasi Rusia ke Ukraina.
"Saya pikir itu tidak bijaksana, itu akan menjadi kesalahan politik, kesalahan geopolitik, kesalahan strategis, mirip dengan kesalahan strategis yang dilakukan (Presiden Rusia Vladimir) Putin di Ukraina," kata Ketua Kepala Gabungan AS Jenderal Mark Milley.
Seperti diberitakan AFP, Milley sama sekali tidak mengatakan serangan yang mungkin akan dihadapi pulau dengan pemerintahan sendiri dan demokratis tersebut.
Namun, dia meyakini Presiden China Xi Jinping adalah "aktor rasional." Xi juga baru saja memenangkan masa jabatan ketiga yang bersejarah sebagai pemimpin terpenting negara itu dan telah menyatakan penyatuan Taiwan dengan China sebagai prioritas tinggi.
"Saya pikir dia mengevaluasi hal-hal tentang biaya, keuntungan, dan risiko. Saya rasa dia akan menyimpulkan serangan terhadap Taiwan dalam waktu dekat dan itu akan berisiko besar hingga akan berakhir dengan bencana strategis bagi militer China," tutur Milley.
Dia mengatakan invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 menawarkan pelajaran yang jelas. Invasi tersebut belakangan sulit dilanjutkan karena Barat membentengi Ukraina dan menjatuhkan sanksi kepada Rusia.
"Salah satu hal yang dipelajari orang adalah bahwa perang di atas kertas jauh berbeda dari perang sesungguhnya," kata Milley.
"Ketika darah tumpah, orang mati, dan tank nyata diledakkan, segalanya menjadi sedikit berbeda. Ada banyak gesekan dan kabut serta kematian dalam pertempuran," katanya.
Dia juga menyoroti bahwa militer China tidak terlibat dalam pertempuran sejak melawan Vietnam pada 1979.
Milley turut menilai militer China akan mengalami tugas yang sangat sulit untuk sepenuhnya merebut pulau pegunungan berpenduduk padat tersebut, meski Tentara Pembebasan Rakyat China bisa dengan mudah membuka serangan ke Taiwan.
"Mereka akan memainkan permainan yang sangat-sangat berbahaya untuk menyeberangi selat dan menginvasi pulau Taiwan," tutur Milley.
"Mereka tidak memiliki pengalaman, latar belakang untuk melakukannya. Mereka belum terlatih untuk melakukannya," katanya.
Sementara itu, Xi Jinping mewanti-wanti Presiden Amerika Serikat Joe Biden agar tidak bertindak kelewat batas soal Taiwan saat keduanya bertemu di KTT G20 Bali pada Senin (14/11).
"Status Taiwan adalah inti dari kepentingan inti China, landasan politik dari hubungan China-AS, dan garis batas pertama yang tidak boleh dilanggar dalam hubungan China-AS," kata Xi seperti dikutip dalam sebuah update yang dirilis kantor berita Xinhua seperti dikutip Reuters.
Beberapa jam setelah pertemuan dengan Xi berlangsung, Biden menegaskan dalam konferensi pers bahwa posisi AS tetap sama soal kebijakan Satu China.
Biden juga menuturkan AS menentang perubahan status quo di Selat Taiwan. Dia juga yakin tidak ada upaya China dalam waktu dekat ingin menginvasi Taiwan.
"Saya tidak berpikir ada upaya China dalam waktu dekat untuk menginvasi Taiwan. Saya juga menegaskan kepadanya (Xi Jinping) komitmen kami (AS) kepada Taiwan tidak berubah sama sekali," ucap Biden.
(afp/chri)