Raja Al-Sultan Abdullah disebut berpotensi untuk memilih perdana menteri berikutnya.
Hal ini dikarenakan Raja memiliki sebagian besar peran seremonial. Namun, konstitusi memberdayakannya untuk menunjuk sebagai perdana menteri seorang anggota parlemen yang menurutnya dapat memimpin mayoritas di parlemen.
Pasalnya, para Raja Malaysia jarang menjalankan kekuasaan tersebut. Namun mereka menjadi lebih berpengaruh dalam beberapa tahun terakhir di tengah perselisihan politik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tahun 2020, ketika pemerintahan pemimpin veteran Mahathir Mohamad runtuh, Raja Al-Sultan memilih Muhyiddin sebagai perdana menteri setelah mewawancarai 222 anggota parlemen untuk memutuskan siapa yang mendapat dukungan mayoritas. Ketika blok Muhyiddin runtuh, dia memilih Ismail.
Muhyiddin mengatakan dirinya telah menerima instruksi dari istana untuk membentuk pemerintahan tanpa mengungkapkan isi dari instruksi tersebut. Anwar mengatakan dia akan menyerahkan surat kepada raja yang merinci dukungannya.
Ketidakstabilan politik diperkirakan akan berlanjut di Malaysia yang telah memiliki tiga perdana menteri dalam beberapa tahun karena perebutan kekuasaan.
Negara tersebut beradaptasi dengan kekuatan UMNO dan koalisi Barisan yang semakin berkurang dan juga telah memerintah tanpa gangguan selama 60 tahun sejak kemerdekaan hingga 2018.
Koalisi berikutnya tidak akan memiliki mayoritas yang meyakinkan dan dapat diganggu dengan lebih banyak pertikaian yang akan merugikan ekonomi Malaysia.
Para pemilih yang frustrasi dengan ketidakstabilan tampaknya marah pada pemerintahan baru jika termasuk pihak yang kalah.
(del/bac)