Maroko menjadi sorotan usai berhasil menekuk Portugal di Piala Dunia Qatar 2022. Timnas Maroko lantas bakal melawan Prancis, tim dari negara yang pernah menjajah mereka di masa lampau.
Pertarungan timnas Maroko dan Prancis di laga semifinal pada Kamis (15/12) pukul 02.00 WIB itu pun tak ayal menjadi sorotan.
Bagi sejumlah pihak, pertemuan ini mengingatkan jejak Prancis yang pernah menjajah Maroko di masa lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendudukan ini bermula dari krisis politik paling sulit di Maroko akibat dukungan Kekaisaran Sherifian terhadap Emir Abd el-Kader dari Aljazair.
Krisis itu memicu intervensi militer oleh Prancis di Maroko pada 1844, disusul Spanyol pada 1859-1860, demikian keterangan di situs resmi pemerintah.
Intervensi militer itu memicu bentrokan yang terus membara hingga 1873, di masa pemerintahan Sultan Mohamed IV.
Penerus Mohamed IV, Sultan Moulay Hassan I, berusaha menjaga Maroko agar tak dikuasai negara lain.
Ia kemudian mengonsolidasikan kekuasaan dengan mengumpulkan suku-suku Atlas Tinggi. Ia juga memodernisasi wilayah sambil menjaga kemerdekaannya.
Pada 1894, Moulay Hassan I tewas dan digantikan Sultan Moulay Abdelaziz. Ia memerintah Maroko hingga tahun 1907.
Merujuk pada informasi di History, dua tahun sebelum akhir kepemimpinan Abdelaziz, Maroko ditaklukkan lagi oleh Prancis pada 1905.
Ketika itu, Kaisar Jerman, Kaiser Wilhelm, tiba di Tangiers untuk menyatakan dukungan terhadap Sultan Maroko.
Dalam pidato terbukanya, Wilhelm melihat sultan Maroko sebagai penguasa kerajaan yang bebas, mandiri, dan tak tunduk dengan kendali asing.
Lebih lanjut, Wilhelm berharap Jerman memiliki keunggulan dalam perdagangan dengan Maroko yang setara dengan negara lain.
Tindakan tersebut memancing kemarahan Prancis dan Inggris yang kemudian memicu Krisis Maroko Pertama.
Wilhelm dan Jerman secara keseluruhan tak punya kepentingan substantif di Maroko. Kehadiran Wilhelm hanya untuk mengacaukan atau perjanjian antara Inggris-Prancis, atau Entente Cordiale.
Entente Cordiale sebenarnya bukan cerminan aliansi untuk melawan Jerman, melainkan solusi persaingan imperialis Inggris dan Prancis di Afrika Utara.
Menurut ketentuan aturan ini, Inggris bisa mendapat kepentingannya di Mesir, sementara Prancis bebas memperluas kekuasaan dari Aljazair hingga Maroko.
Pada Januari 1906, konferensi internasional digelar di Algeciras, Spanyol, untuk membuat perjanjian soal Maroko. Dalam kesepakatan ini, Prancis mendapat wilayah lebih besar.
Kemudian pada 1907, Prancis menduduki salah satu kota di Maroko, Casablanca.
Lalu pada April 1911, Maroko mengalami Krisis Kedua. Ketika itu, Prancis mengerahkan pasukan besar-besaran ke Kota Fez, memicu krisis Agadir.
Di tahun yang sama, pihak berwenang Prancis mengklaim suku pemberontak melakukan perlawanan di Maroko. Tindakan itu dianggap berbahaya bagi Fez.
Namun, Jerman menuding Prancis mengobarkan pemberontakan suku untuk menciptakan alasan agar bisa menduduki Maroko.
Bagaimana kelanjutannya? Baca di halaman berikutnya >>>