Negara-negara Arab Merapat ke China usai KTT, Iran Meradang

CNN Indonesia
Rabu, 14 Des 2022 22:09 WIB
Presiden Iran Ebrahim Raisi meradang usai pemimpin Arab tampak mendekat ke China saat KTT Dewan Kerja Sama Negara Teluk Arab (GCC) di Riyadh pekan lalu.
Presiden Iran Ebrahim Raisi dikabarkan kesal setelah negara-negara Arab merapat ke China. (AFP/ATTA KENARE)
Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Iran Ebrahim Raisi disebut meradang usai pemimpin negara-negara Arab tampak mendekat ke China saat KTT Dewan Kerja Sama Negara Teluk Arab (GCC) di Riyadh pekan lalu.

Kekhawatiran Raisi mencuat saat ia bertemu Wakil Perdana Menteri China, Hu Chunhua, di Teheran pada Selasa (13/12).

Ia juga menyinggung pertemuan Presiden Xi Jinping dengan kepala negara saat hadir di KTT itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"[Pertemuan itu] menyebabkan ketidakpuasan dan keluhan dari rakyat dan pemerintah," kata Raisi dalam pernyataan resmi, seperti dikutip South China Morning Post (SCMP).

Namun, tak ada informasi lebih lanjut seperti apa keluhan yang Raisi maksud. Pernyataan itu juga tak menyinggung deklarasi China dan GCC yang sempat bikin Iran geram.

Sementara itu, Hu mengatakan China dengan tegas mendukung upaya Iran dalam menangkal campur tangan asing, menjaga kedaulatan nasional, dan integritas teritorial.

Pernyataan tersebut kerap digunakan para pemimpin China saat bertemu dengan mitra asing.

KTT GCC berlangsung di Riyadh pada 9 Desember lalu.

Duta Besar China untuk Iran, Chang Hua, mengatakan Xi berkunjung ke Saudi untuk berkontribusi terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan.

Dalam pertemuan ini, Xi dan para pemimpin Arab lain sepakat untuk memastikan bahwa program nuklir Iran bersifat damai.

Selain itu, pertemuan tersebut juga mendorong anggota GCC, Uni Emirat Arab, menyelesaikan sengketa teritorialnya dengan Iran melalui negosiasi terkait pulau-pulau strategis di Selat Hormuz.

Setelah pertemuan rampung, mereka menghasilkan deklarasi bersama. Iran pun geram. Mereka lalu menyampaikan "ketidakpuasan" itu ke pejabat China.

China berusaha memperluas pengaruhnya di kawasan Timur Tengah. Namun, pengamat menilai langkah ini sulit bagi Beijing mengingat perselisihan diplomatik yang alot.

Iran merupakan musuh bebuyutan Arab Saudi. Sementara itu Riyadh adalah negara yang punya pengaruh di Timur Tengah.

Namun, Pengamat dari lembaga think tank, Atlantic Council, Jonathan Fulton, mengatakan China untung banyak saat menjalin hubungan dengan negara GCC, ketimbang Iran.

"Saya selalu sedikit skeptis soal bagaimana hubungan China-Iran, karena saya pikir China lebih banyak mendapat [keuntungan] saat menjalin hubungan dengan negara-negara GCC daripada Iran," kata Fulton.

Lebih lanjut, Fulton menjelaskan kerja sama China dengan negara Teluk terjadi di sejumlah sektor penting, seperti keuangan, ekonomi, energi, dan modal politik.

(isa/bac)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER