Rekaman lainnya pada 26 Oktober juga menunjukkan bagaimana seorang tentara berupaya kabur bersama tiga orang temannya dari lokasi pertumpahan darah tersebut. Mereka ingin menyerah dari perang yang berkobar sejak invasi dimulai Februari lalu.
"Saya di dalam kantong tidur, semuanya basah, batuk, sangat kacau," katanya.
"Kami semua bakal dibantai."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan pejabat pertahanan Rusia berujar panggilan-panggilan telepon tersebut menunjukkan betapa lemahnya pasukan di Ukraina sekarang.
"Keamanan selalu berantakan, baik di militer maupun di kalangan pejabat pertahanan," kata sumber yang tak ingin disebutkan namanya tersebut.
"Pada 2013, misalnya. Mereka mencoba meminta semua staf di kementerian pertahanan untuk mengganti iPhone dengan smartphone Yoto buatan Rusia."
Meski begitu, para staf menurutnya tetap menggunakan iPhone sebagai ponsel kedua karena memiliki fitur yang lebih mumpuni.
"Kami hanya menyimpan iPhone di laci mobil dan menggunakannya saat pulang kerja. Pada akhirnya, kementerian menyerah dan berhenti untuk menuruti perintah tersebut," ujar dia.
"Jika atasan tidak memperhatikan keamanan dengan sangat serius, bagaimana Anda bisa mengharapkan kedisiplinan di antara pasukan reguler?" ucapnya melanjutkan.
Rusia beberapa waktu lalu memang melakukan mobilisasi sebagian dari 300.000 tentara cadangan. Mereka yang diperintah berperang merupakan tentara 'baru' dan termasuk "mereka yang sudah memiliki pengalaman militer".
Mantan pejabat Rusia itu pun mengatakan bahwa mobilisasi pasukan ke Ukraina itu hanya akan memperburuk situasi keamanan.
"Tentara mendapat kursus kilat tentang larangan memberikan informasi sensitif, namun itu umumnya hanya akting," ujar dia.
Dia berujar bahwa para komandan Rusia hanya "berpura-pura mengajar [kursus] dan tentara-tentara tersebut pura-pura mendengarkan."
"Bahkan sekarang, kami melihat bahwa tentara Rusia terus menggunakan media sosial dan memberi tahu istri dan ibu mereka tentang kondisi perang, kadang bahkan mengungkap lokasi mereka juga," tuturnya.
"Tak ada kedisiplinan. Itu hanya akan memperburuk situasi karena mereka memobilisasi 300 ribu orang yang hampir tidak terlatih."
(blq/rds)