Bos Tentara Bayaran Rusia Wagner Ungkap Susah Payah Kuasai Ukraina
Pemimpin kelompok tentara bayaran Rusia Wagner Group, Yevgeny Prigozhin, blak-blakan soal sulitnya para prajurit menguasai setiap 'jengkal' wilayah Ukraina.
Dalam sebuah rekaman kunjungannya ke front timur, Prigozhin mengatakan tentara atau relawan Ukraina menjadikan setiap rumah di Bakhmut, Ukraina, sebagai benteng pertahanan.
Lihat Juga :KILAS INTERNASIONAL Kroni Putin Murka 400 Tentara Rusia Tewas hingga AS Tegur Israel |
Dalam upaya penyerbuan tersebut, tentara Wagner butuh berperang hingga berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
"Di Artemovsk (Bakhmut), setiap rumah menjadi benteng. Orang-orang kami terkadang berperang hingga lebih dari satu hari hanya untuk menempati satu rumah. Terkadang mereka berperang selama berminggu-minggu demi satu rumah," kata Prigozhin seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (4/1).
Seorang prajurit anonim yang ditemui Prigozhin mengaku kesulitan berperang di Bakhmut. Sebab, para prajurit tak memiliki peralatan dan persenjataan yang memadai.
"Kami tidak punya peralatan yang cukup, tak cukup punya BMP3 (kendaraan lapis baja) dan selongsong peluru," ujar tentara yang enggan menyebutkan namanya itu.
Dalam cuplikan terpisah yang direkam pada 2 Januari di Bakhmut, tentara Ukraina bernama Kiyanyn menggambarkan situasi peperangan yang terus berlanjut di daerah tersebut. Di tengah suara tembakan, dia menggambarkan bagaimana para prajurit telah menangkis sejumlah serangan besar terhadap kota itu.
"Mereka datang seperti serangga. Kami sampai harus mengisi amunisi beberapa kali," ujarnya.
Pertempuran baru di timur itu terjadi di saat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Rusia sedang bersiap meningkatkan serangan ke Ukraina dengan menggunakan pesawat nirawak atau drone buatan Iran.
"Kami mendapat informasi bahwa Rusia sedang merencanakan serangan berkepanjangan menggunakan Shaheds (pesawat nirawak Iran)," kata Zelensky dalam video, Senin malam.
Dia berujar, "(Pasukan Rusia) ingin menghancurkan perlawanan Ukraina dengan menyerap habis tenaga orang-orang kami, pertahanan udara kami, dan energi kami selama lebih dari 10 bulan ini."
Situasi perang di Ukraina sendiri saat ini masih berkobar terutama setelah pasukan Kyiv sukses menggempur pasukan Kremlin di wilayah pendudukan Donetsk. Ukraina mengklaim ratusan prajurit Rusia tewas dalam serangan tersebut. Sementara Rusia mengakui 89 tentaranya tewas.
Itu merupakan jumlah korban terbanyak dalam satu serangan yang diakui Rusia sejak invasi dimulai Februari lalu.
Serangan itu disebut menggunakan enam roket dari sistem peluncuran High Mobility Artillery Rocket System (HIMARS )dengan dua di antaranya ditembak jatuh Rusia, menurut Kementerian Pertahanan Rusia.
(blq/bac)