Beberapa waktu belakangan, Beijing menjadi sorotan sejumlah negara. Negeri Tirai Bambu itu terus mencatat lonjakan kasus Covid-19 yang signifikan usai mencabut kebijakan nol-Covid mereka pada 7 Desember.
Menurut catatan rapat badan kesehatan yang bocor ke media, pada 20 hari pertama Desember setidaknya 250 juta penduduk China diduga terinfeksi virus corona.
Namun, Komisi Kesehatan Nasional (National Health Commission/NHC) merilis angka berbeda. Menurut mereka, selama 20 hari pertama di Desember jumlah kasus di China tercatat 62.592 kasus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbedaan angka itu pun membuat China kian disorot. Apalagi, setelah Beijing kedapatan mengalami kasus kematian yang membludak di sejumlah rumah sakit dan krematorium. Padahal kala itu China cuma mencatat segelintir kasus kematian saja.
Para ahli pun menilai Beijing tak transparan dengan jumlah kasus kematian akibat Covid-19. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sampai mendesak China buka data lebih detail.
WHO baru-baru ini bahkan menuding China memanipulasi data kematian mereka. Meski begitu, China membantah tegas tuduhan tersebut.
"China selalu membagikan informasi dan data secara bertanggung jawab kepada komunitas internasional," kata Liu.
(blq/bac)