Pusat diaspora ketiga muncul di Eropa Timur sejak abad ke-13 kala raja-raja Polandia mengundang orang-orang Yahudi dari wilayah Rhineland Jerman serta orang Jerman non-Yahudi untuk menetap di kerajaan.
Namun, kehadiran Yahudi di Eropa Timur dituding menyebabkan wabah mengerikan yang dikenal sebagai Maut Hitam. Meski begitu, raja-raja Polandia saat itu memberikan perlindungan khusus ke Yahudi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pusat diaspora terbaru bangsa Yahudi yaitu di Amerika Serikat. Orang Yahudi juga menetap di Amerika Utara yakni dari kalangan Yahudi Sephardi Belanda yang kabur dari persekusi koloni Portugis dan Spanyol di Amerika Selatan.
Pada 1830-1880, sekitar 300 ribu orang Yahudi Jerman pergi ke Amerika Serikat usai Napoleon kalah dan revolusi gagal pada 1830 dan 1848 di Eropa Barat.
Kemudian, pada rentang 1880 hingga 1924, lebih dari dua juta orang Yahudi Rusia tiba di pantai Amerika.
Pada 1950-an, populasi Yahudi di Amerika telah meningkat menjadi lima juta.
Lihat Juga :![]() Laporan Khusus Kronik Kehidupan Yahudi di Indonesia |
Hasia R Diner dalam jurnalnya yang dirilis pada 8 Desember 2021 menuliskan bahwa orang Yahudi yang telah terdiaspora atau tersebar bukan cuma sekadar tinggal di wilayah barunya. Mereka membentuk jaringan dengan sesama Yahudi yang meninggalkan tempat asalnya.
Setelah membentuk jaringan, mereka sama-sama mempertahankan ritual keluarga, praktik liturgi, preferensi makanan, dan melabeli diri sesuai dengan tempat tinggal mereka sebelumnya.
Kendati demikian, setelah tinggal lama di wilayah baru, bangsa Yahudi secara bertahap mengadopsi bahasa, ritual, dan budaya di negara tujuan masing-masing.
Beberapa bahkan mencemplungkan diri sepenuhnya dengan budaya non-Yahudi ketika tinggal di kawasan tersebut.
(blq/bac)