Jakarta, CNN Indonesia --
Beberapa pihak kerap mengaitkan Freemason dengan teori konspirasi, illuminati, dan organisasi rahasia. Di luar itu, organisasi ini memiliki sejarah panjang yang 'berkabut' dan rumit.
Freemason adalah persaudaraan yang fokus terhadap nilai moral dan spiritual. Mereka mempromosikan cinta, bantuan dan kebenaran, demikian dikutip The Grand Lodge of Scotland.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Freemason menyebar dengan cepat di hampir seluruh penjuru dunia dan disebut memiliki sekitar 6 juta anggota yang sering disebut Freemasonry atau Mason.
Menurut LiveScience, anggota organisasi ini termasuk politikus, insinyur, ilmuwan, penulis, hingga filsuf. Banyak di antara mereka yang berperan dalam peristiwa dunia, seperti revolusi, perang, dan gerakan intelektual.
Terlepas dari jumlah anggota yang begitu banyak, bagaimana sejarah Freemason?
[Gambas:Video CNN]
Persaudaraan tertua di dunia ini memiliki sejarah 'penuh kabut' dan berliku.
The History Press menuliskan sejarah Freemason umumnya terbagi menjadi dua periode yakni sebelum dan sesudah pembentukan Grand Lodge of England pada 1717.
Sebelum pembentukan Grand Lodge of England, sejarah Freemason tak diketahui dengan pasti.
Namun, pakar sejarah asal Inggris, Jessica Harland-Jacobs, mengatakan Freemason muncul dari serikat perajin batu di Eropa abad ke-14 atau sekitar 1300 hingga 1400 M.
"Freemasonry berasal dari serikat perajin batu di Eropa abad pertengahan," kata Jacobs, seperti dikutip Live Science.
Beberapa sumber mengatakan serikat perajin batu itu pertama kali muncul di Skotlandia pada 1599.
Serikat-serikat itu berperan dalam membangun sejumlah arsitektur di Eropa. Beberapa di antaranya Notre Dame di Prancis dan Westminster Abbey di Inggris.
Lanjut baca di halaman berikutnya...
Menjaga kerahasiaan organisasi Freemason di masa lalu
Sebagaimana serikat di masa itu, serikat pengrajin batu tersebut menjaga rahasia mereka dan selektif dalam merekrut anggota.
Untuk menjadi anggota baru, kandidat perlu melewati beberapa tahap. Mereka harus mengikuti pelatihan jangka panjang, mempelajari kerajinan, matematika, dan arsitektur tingkat lanjut.
Serikat pekerja ini juga memberikan perlindungan, upah, kualitas kontrol atas pekerjaan yang dilakukan, dan hubungan sosial yang penting untuk para anggotanya.
Anggota serikat kerap berkumpul di loji, semacam pondok. Tempat ini berfungsi sebagai markas besar dan menjadi arena sosialisasi serta diskusi bagi sesama anggota Mason.
Namun, setelah kapitalisme dan ekonomi pasar bangkit pada abad ke-16, Freemason mulai terguncang.
Untuk menambah anggota dan mengumpulkan dana, serikat ini mulai merekrut orang yang bukan pengrajin batu.
Mulanya, orang-orang yang baru direkrut merupakan kerabat anggota. Perlahan, banyak orang asing, orang kaya, atau yang memiliki status sosial tinggi turut bergabung.
Banyak dari anggota baru ini adalah "orang terpelajar" yang tertarik pada tren filosofis dan pengetahuan yang mengubah lanskap intelektual Eropa pada saat itu.
Selain itu,, banyak anggota yang tertarik dengan masalah moralitas, khususnya ihwal cara membangun karakter moral. Dari fokus baru ini tumbuh "Freemasonry spekulatif", yang dimulai pada abad ke-17.
[Gambas:Photo CNN]
Bentuk Freemasonry modern itu tak lagi menekankan pada pengerjaan batu atau bangunan. Mereka juga tak lagi mewajibkan pertemuan di loji.
"Freemasonry seperti yang kita kenal sekarang tumbuh dari awal abad ke-18 di Inggris dan Skotlandia," katanya.
Titik balik Freemason
Titik balik besar dalam sejarah Freemason terjadi pada 1717. Ketika itu, anggota dari empat loji London berkumpul membentuk Premier Grand Lodge of England.
Grand Lodge ini menjadi titik fokus Mason Inggris dan membantu menyebarkan serta mempopulerkan organisasi tersebut.
Freemasonry lalu menyebar dengan cepat ke seluruh benua. Loji-loji Masonik pun mulai berdiri di Spanyol, Portugal hingga Rusia.
Pada akhir abad ke-18, Freemasonry membawa label sosial yang cukup besar.
"Menjadi seorang Mason menandakan bahwa Anda berada di garis depan pengetahuan," demikian label mereka.
Hingga saat itu, anggota Freemasonry adalah laki-laki. Mereka melarang perempuan menjadi bagian organisasi ini karena meyakini perempuan tak bermoral.
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak perempuan yang berperan aktif dalam organisasi ini, terutama di Eropa.
Pada 1740-an, loji di Prancis menerima perempuan dan laki-laki dalam ruang yang sama. Tahun-tahun selanjutnya, loji serupa muncul di Belanda dan AS.
Namun, kini Freemason dianggap kesulitan merekrut anggota.
Salah satu penyebabnya adalah perbedaan nilai yang dianut generasi sekarang dengan generasi sebelumnya yang kerap bertentangan.
Masalah penurunan, kata Jacob, berakar pada komposisi anggota saat ini. Sebagian dari mereka berusia 50 hingga 60 tahun, didominasi kulit putih, dan memiliki pandangan politik yang konservatif.
"Ini tak menarik bagi generasi muda," kata Jacob lagi.
Selain itu, persaingan dari organisasi serupa seperti Odd Fellows, Knight of Columbus, dan Ordo Elks menjadi penyebab anggota Mason tak sebanyak dulu.