Senada, pakar transformasi Eropa-Timur pascakomunis dari Universitas Oxford, Vlad Mykhnenko, mengatakan Prigozhin tampak ingin membutuhkan peran publik yang lebih besar di Rusia.
"Dia tak puas hanya dengan menjadi kontraktor bayangan swasta. Dia sepertinya menginginkan sesuatu yang lebih, jenis pekerjaan publik yang lebih serius," ucap Mykhnenko.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perseteruan Wagner dan rezim Putin semakin tampak saat Prigozhin mengklaim berhasil menaklukan Soledar, kota di Bakhmut pada pertengahan Januari.
Mereka disebut saling sikut dan melemahkan. Kemenhan Rusia tak mengakui peran Wagner dalam perang Ukraina. Sementara itu, Prigozhin tak mengakui angkatan bersenjata Rusia sebagai kekuatan di zona perang.
"[Prigozhin tak mengakui] militer Rusia sebagai kekuatan yang berpartisipasi di medan perang," demikian menurut Newsweek.
Pereira menilai pengumuman Prigozhin atas Soledar memang menunjukkan ambisi politik dia.
Sesaat sebelum mengklaim wilayah itu, Prigozhin merilis video yang konon diambil di jaringan tambang garam, gua, dan terowongan sepanjang 201 km (125 mil).
Dia juga membawa sebungkus garam dan membayar seseorang dengan garam.
Melihat simbol-simbol itu, Pereira menganggap yang dilakukan bos Wagner bukan tanpa makna.
"Ini adalah pesan yang jelas, tak hanya mereka mengendalikan lapangan, tetapi juga mengendalikan penduduk. Dia ingin menyampaikan pesan ini kepada rekan-rekannya di Rusia," jelas pengamat itu.
Tujuan Prigozhin, kata dia, memanfaatkan partisipasi dirinya dalam perang dan menjadi tokoh sentral di politik Rusia.
Contoh jelas lain perseteruan Wagner dengan Putin yakni saat orang nomor satu di Rusia itu mengunjungi St. Petersburg pada Januari lalu, demikian menurut Mykhnenko.
"[Putin] tak terlihat bertemu [Prigozhin], meskipun tampaknya dia meminta bertemu," ujar Mykhnenko.
Dalam kunjungan itu, Putin bertemu dengan Gubernur St. Petersburg Alexander Beglov pada 18 Januari. Mereka membahas batalion sukarelawan gubernur untuk perang.
(isa/bac)