Jakarta, CNN Indonesia --
Pasukan bayaran Rusia Wagner Group disebut mulai tidak akur dengan para bawahan Presiden Vladimir Putin di tengah perang yang masih berkecamuk di Ukraina.
Menurut laporan Newsweek pada awal Februari lalu, Putin secara bertahap mengganti tentara Wagner dengan personel militer profesional dan pejabat pemerintahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tindakan tersebut menunjukkan Kremlin ingin mengirim pesan kepada pemimpin Wagner Yevgeny Prigozhin. Pesan itu berupa Kementerian Pertahanan Rusia bisa menjalankan konflik dan menyelesaikan perang tanpa Wagner.
Peneliti senior di lembaga think tank Inggris Royal United Service Institute (RUSI), Joana de Deus Pereira, mengatakan hubungan antara Prigozhin dan Kremlin mulai hancur saat dia menampilkan dirinya sebagai solusi militer untuk perang sekaligus solusi politik.
Terlebih, saat Prigozhin mengumumkan diri sebagai pendiri Wagner.
[Gambas:Video CNN]
"Dia melihat dirinya sebagai menteri pertahanan atau seseorang dengan profil tinggi di Kremlin. Setidaknya tampak dan cukup terhormat untuk dihargai atas apa yang dia lakukan untuk negara," kata Pereira dikutip dari Newsweek.
Lebih lanjut, ia menerangkan grup Wagner sekarang kehilangan kekuatannya. Sebab, Kremlin juga ingin menunjukkan bahwa mereka yang berkuasa.
Prigozhin sementara itu, tergerak oleh kebanggaan dan penghasilan.
"Dia [Prigozhin] ingin diakui atas prestasinya, tetapi jika dia mengatakan dia punya aspirasi politik, saat itu dia akan dibunuh," jelas Pereira.
Menurut Pereira, bos Wagner itu ingin dilihat sebagai pahlawan bukan hanya alat perang.
Lanjut baca di halaman berikutnya...
Senada, pakar transformasi Eropa-Timur pascakomunis dari Universitas Oxford, Vlad Mykhnenko, mengatakan Prigozhin tampak ingin membutuhkan peran publik yang lebih besar di Rusia.
"Dia tak puas hanya dengan menjadi kontraktor bayangan swasta. Dia sepertinya menginginkan sesuatu yang lebih, jenis pekerjaan publik yang lebih serius," ucap Mykhnenko.
Perseteruan Wagner dan rezim Putin semakin tampak saat Prigozhin mengklaim berhasil menaklukan Soledar, kota di Bakhmut pada pertengahan Januari.
Mereka disebut saling sikut dan melemahkan. Kemenhan Rusia tak mengakui peran Wagner dalam perang Ukraina. Sementara itu, Prigozhin tak mengakui angkatan bersenjata Rusia sebagai kekuatan di zona perang.
"[Prigozhin tak mengakui] militer Rusia sebagai kekuatan yang berpartisipasi di medan perang," demikian menurut Newsweek.
Pereira menilai pengumuman Prigozhin atas Soledar memang menunjukkan ambisi politik dia.
Sesaat sebelum mengklaim wilayah itu, Prigozhin merilis video yang konon diambil di jaringan tambang garam, gua, dan terowongan sepanjang 201 km (125 mil).
Dia juga membawa sebungkus garam dan membayar seseorang dengan garam.
Melihat simbol-simbol itu, Pereira menganggap yang dilakukan bos Wagner bukan tanpa makna.
"Ini adalah pesan yang jelas, tak hanya mereka mengendalikan lapangan, tetapi juga mengendalikan penduduk. Dia ingin menyampaikan pesan ini kepada rekan-rekannya di Rusia," jelas pengamat itu.
Tujuan Prigozhin, kata dia, memanfaatkan partisipasi dirinya dalam perang dan menjadi tokoh sentral di politik Rusia.
Contoh jelas lain perseteruan Wagner dengan Putin yakni saat orang nomor satu di Rusia itu mengunjungi St. Petersburg pada Januari lalu, demikian menurut Mykhnenko.
"[Putin] tak terlihat bertemu [Prigozhin], meskipun tampaknya dia meminta bertemu," ujar Mykhnenko.
Dalam kunjungan itu, Putin bertemu dengan Gubernur St. Petersburg Alexander Beglov pada 18 Januari. Mereka membahas batalion sukarelawan gubernur untuk perang.