Kelompok tentara bayaran, Wagner Group, yang membantu Rusia menginvasi Ukraina ternyata memiliki kemiripan dengan batalion bentukan diktator Josef Stalin di era Uni Soviet.
Dalam sebuah wawancara, mantan prajurit Wagner mengungkap kesamaan taktik perang antara Wagner dengan batalion Stalin atau yang dikenal Shtrafbat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan Wagner menggunakan taktik yang sama dengan Stalin yakni menggunakan 'batalion penalti'.
"Untuk menyerang titik tembak Ukraina, musuh (Wagner) menggunakan batalion penalti. Ini bukan hal baru. Di era Soviet, Stalin juga melakukannya."
Batalion penalti sendiri adalah batalion era Perang Dunia II tempat prajurit yang ingin menyerah 'dihukum' dengan dikerahkan di garda terdepan perang.
Pola ini mirip dengan kebiasaan Wagner Group yang keras terhadap prajuritnya ketika ogah berperang. Saking kerasnya, komandan pasukan bakal menjadikan mereka umpan untuk ditembaki pasukan Ukraina.
"Ketika mereka ditembaki, komandan Rusia jadi bisa mendeteksi posisi artileri musuh," kata Yuri Butusov, koresponden yang mewawancarai mantan tentara Wagner, seperti dikutip Voice of America (VOA), 24 Januari lalu.
Di tengah kemalangan itu, para prajurit yang kebanyakan direkrut dari penjara ini pun tak bisa mengundurkan diri begitu saja dari pasukan. Jika mereka mundur atau kabur, mereka akan diburu untuk disiksa hingga dieksekusi.
Hal ini selaras dengan laporan Amerika Serikat yang mengatakan para prajurit Wagner kerap dianiaya di garda depan. Mereka mengalami penderitaan luar biasa selama berada di medan perang.
"Tingkat korban dari pihak narapidana luar biasa tinggi," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby kepada VOA.
"Faktanya, apa yang kami pikirkan adalah bahwa 90 persen dari korban mereka yakni narapidana."
Menurut intelijen AS, Wagner saat ini punya sekitar 50 ribu tentara di Ukraina dengan 40 ribu di antaranya merupakan narapidana Rusia.
Dari puluhan ribu prajurit tersebut, hanya sedikit yang diketahui merampungkan kontrak dan mendapat kebebasan.
Direktur Eksekutif kelompok HAM Rusia Behind Bars, Olga Romanova, mengatakan cuma 106 tentara yang sudah dibebaskan dan diizinkan pulang oleh Wagner.
"Tapi sepertinya mereka semua sudah dihadapkan pada kontrak baru," ujar Romanova.
Kelompok Wagner belakangan menjadi sorotan karena tak lagi merekrut narapidana sebagai anggota. Mereka saat ini mau merekrut orang-orang di luar penjara maupun orang asing.
Banyak yang menduga keputusan itu dilakukan Wagner karena mereka sudah rugi habis-habisan membiayai pasukan selama ini. Popularitas kelompok itu pun juga dinilai sudah tak lagi mentereng karena 'boroknya' diumbar para mantan pejuangnya.
(rds)