Pengayaan Uranium Iran Sudah Hampir Selevel Bom Nuklir, AS Was-was
Iran kembali meningkatkan uraniumnya yang kini pengayaannya hampir mendekati 90 persen atau hampir selevel bom nuklir.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengonfirmasi bahwa partikel uranium Iran kini sudah mencapai 83,7 persen.
Partikel itu ditemukan di Pabrik Bahan Bakar Fordow Iran (Fordow Fuel Enrichment Plant/FFEP), sebuah fasilitas nuklir bawah tanah yang terletak 20 mil timur laut Kota Qom.
IAEA mencatat temuan ini tak sesuai dengan klaim Iran mengenai batas pengayaan di pabrik tersebut.
Menurut laporan IAEA, Teheran punya persediaan uranium yang sudah melewati pengayaan hingga 60 persen atau dalam artian tumbuh dari 25,2 kilogram menjadi 87,5 kilogram sejak triwulan terakhir.
IAEA pun meminta Teheran segera menjelaskan soal asal-usul partikel itu.
"Tidak konsisten dengan tingkat pengayaan di pabrik Fordow seperti yang dinyatakan Iran. Kami meminta Iran untuk mengklarifikasi asal-usul partikel-partikel ini," tulisan laporan IAEA, seperti dikutip CNN, Rabu (1/3).
Menteri Luar Negeri Iran Christine Amanpour tak merespons langsung mengenai kabar ini kala ditanya dalam wawancara eksklusif bersama CNN.
Pada November tahun lalu, pengayaan uranium Iran dilaporkan sudah mencapai 60 persen, menurut media resmi Iran, ISNA.
ISNA melaporkan pengayaan itu dilakukan di pusat instalasi nuklir Fordow.
"Iran telah mulai memproduksi pengayaan uranium menjadi 60 persen di pusat instalasi nuklir Fordow untuk pertama kalinya," demikian laporan dari ISNA.
Iran sendiri sudah memulai pengayaan uranium di Fordo sejak 2019 di tengah kebuntuan negosiasi kesepakatan nuklir dengan negara-negara besar lainnya seperti AS.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri AS pun mengatakan bahwa laporan IAEA terbaru berpotensi menimbulkan "perkembangan yang sangat serius".
"Kami berhubungan dekat dengan sekutu dan mitra kami di Eropa dan kawasan ini. Kami menunggu rincian lebih lanjut dari IAEA mengenai perkembangan yang berpotensi sangat serius ini," kata juru bicara tersebut.
Pada 2015, sempat terjadi kesepakatan perjanjian nuklir antara Iran dengan AS dan sekutunya. Saat itu Iran sepakat menghentikan program pengayaan uranium di Fordow dan membatasi pengayaan menjadi hanya 3,67 persen. Persentase itu bertujuan untuk kebutuhan sipil seperti tenaga listrik.
Sebagai imbalannya, AS dan negara-negara Barat setuju melonggarkan sanksi ekonomi untuk Iran.
Lihat Juga :Kilas Internasional Warga Korut Sebal ke Anak Kim Jong Un hingga 800 Tentara Rusia Tewas |
Namun, perjanjian batal setelah AS di bawah Presiden Donald Trump pada 2018 menarik diri dari kesepakatan dan tetap mengetatkan sanksi ekonomi terhadap Iran.
Iran kemudian menjauh dari kesepakatan dan kembali membuka fasilitas nuklir di Fordow pada 2019.
Pada Januari 2021, Iran menyatakan berhasil melakukan pengayaan uranium hingga 20 persen. Setahun kemudian, Iran mengklaim sukses melakukan pengayaan uranium sebesar 60 persen.
Kini, uranium Iran disebut sudah mencapai 83,7 persen. Artinya, hanya butuh beberapa persen lagi bagi negara itu untuk membuat bahan bom nuklir dari pengayaan uranium.
(bal/bac)