Awal Ramadan maupun Idulfitri atau Lebaran di Indonesia ditentukan melalui dua metode, yakni hisab dan rukyat dalam sidang Isbat.
Hisab adalah perhitungan penanggalan secara matematis dan astronomis. Sementara rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal dengan mata telanjang atau alat bantu optik seperti teleskop. Rukyat dilakukan setelah matahari terbenam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana Arab Saudi selaku 'kiblat' umat Muslim menentukan kepastian Ramadan dan Idulfitri?
Mengutip Al Jazeera, Arab Saudi seperti negara Muslim lainnya yakni mengamati bulan sabit untuk menentukan awal Ramadan maupun lebaran.
Namun, Saudi hanya menggunakan metode rukyat. Kerajaan tidak menggunakan perhitungan astronomi dalam menentukan Ramadan dan Lebaran.
Cara Saudi menggunakan rukyat yakni mengamati bulan sabit tepat setelah matahari terbenam dengan para pemantau hilal yang menghadap ke arah barat.
Kesaksian para pemantau ini nantinya akan dicatat dan selanjutnya Mahkamah Agung Saudi bakal memutuskan kapan Ramadan maupun lebaran dimulai.
Meski begitu, Saudi juga pernah tak mendapati hilal di langit pada 2018, seperti dikutip dari Arab News.
Kala itu, Mahkamah Agung akhirnya memutuskan untuk menetapkan Ramadan pada hari ke-30 bulan Syakban karena tak melihat tanda-tanda hilal.
Sementara itu, Saudi sudah mengumumkan tanggal 1 Ramadan atau hari pertama puasa akan jatuh pada Kamis (23/3).
Pada Selasa (21/3) malam waktu setempat, Mahkamah Agung Saudi memutuskan bulan Syakban dalam kalendar Islam akan berakhir pada hari ini, Rabu (22/3).
Kantor berita Saudi Press Agency (SPA) melaporkan pihak berwenang telah meminta warga mencoba mengamati bulan sabit yang menandai dimulainya Ramadan, tetapi tidak terlihat.
Negara-negara mayoritas Islam Sunni lainnya termasuk Mesir dan Qatar juga mengumumkan bahwa tanggal 1 Ramadan akan dimulai pada Kamis, begitu pula pemerintah Palestina.
Sementara itu, pemerintah Yordania, Aljazair, Maroko, hingga Indonesia baru akan memutuskan tanggal 1 Ramadan hari ini.
(blq/bac)