Pada 2020, Kementerian Keuangan Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada M Invest dan Meroe Gold, karena diduga sebagai kedok atas aktivitas Wagner Group di Sudan.
"[Wagner Group] terutama ditujukan untuk menjaga sumber daya mineral, khususnya sumber daya penambangan emas, dan bertindak sebagai kekuatan pendukung bagi pemerintah Bashir dalam hal melindunginya dari oposisi internasional," kata Samuel Ramadi, penulis buku Russia in Africa, kepada Al Jazeera.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama protes pada 2019 yang berujung kudeta Al Bashir, Wagner berubah dari "pasukan perwalian menjadi pemain langsung yang coba menekan demonstrasi."
Ramadi berujar setelah Al Bashir dilengserkan, bos Wagner Group, Yevgeny Prigozhin, mencoba menjalin hubungan dengan panglima militer Al Burhan. Namun hubungan itu memburuk setelah Pembantaian Khartoum 2019.
Wagner Group akhirnya kembali ke posisi "perwalian" mereka untuk melindungi kepentingan pertambangan.
Belakangan ini, Wagner menjalin hubungan dengan Rapid Support Forces (RSF) dan komandannya, Hemedti.
Ramadi mengatakan hubungan itu bertujuan untuk "menciptakan rute penyelundupan emas dari Sudan ke Dubai dan kemudian ke Rusia sehingga mereka dapat mendanai operasi Wagner Group di Ukraina."
Pada awal 2022, sehari setelah Rusia meluncurkan invasi ke Ukraina, Hemedti terbang ke Moskow. Kedatangannya itu mengantarkan fase baru kedekatan antara RSF dan Wagner.
Sementara itu dalam konflik terbaru di Sudan, tidak diketahui apakah Wagner ikut terlibat secara langsung dalam bentrokan.
Kepala Departemen Riset Perdamaian dan Konflik di Universitas Uppsala di Swedia, Ashok Swain, meyakini Wagner Group terlibat dalam konflik saat ini.
Keterlibatan Wagner adalah "untuk mempertahankan kehadirannya di negara itu dan melindungi kepentingan bisnisnya yang besar."
"AS baru-baru ini menekan Dewan Kedaulatan yang berkuasa di Sudan untuk mengeluarkan kelompok tentara bayaran ini dari negara itu. Dengan demikian, Wagner Group punya minat yang besar pada siapa yang memenangkan pertarungan kekuasaan yang sedang berlangsung di negara ini," ujarnya.
(blq/dna)