Jepang berencana mengevakuasi warga negaranya yang berada di Sudan, negara ketiga terluas di Afrika yang sedang mengalami konflik antara militer dan paramiliter dengan catatan korban tewas lebih dari 200 orang.
Jepang menjadi negara pertama yang mengumumkan ke publik rencana menarik warga negaranya dari Sudan. Sekitar 60 penduduk Jepang saat ini berada di negara itu, termasuk karyawan kedutaan kata juru bicara pemerintahan Hirozaku Matsuno diberitakan AFP, Rabu (19/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Pertahanan Jepang telah memulai 'persiapan sesuai kebutuhan' untuk evakuasi.
"Saat situasi keamanan di sana memburuk, pemerintah melakukan yang terbaik untuk mengamankan keselamatan ekspatriat Jepang," ucap Matsuno.
Negara-negara lain telah mendesak warganya di Sudan memberi nama dan detail kontak mereka ke kedutaan masing-masing.
Kedutaan besar Amerika Serikat di ibu kota Khartoum sudah mengumpulkan informasi pribadi warga sambil mendesak mereka tetap berada di dalam rumah dan menjauh dari jendela.
"Karena situasi keamanan yang tidak pasti di Khartoum dan penutupan bandara, tidak ada rencana untuk evakuasi yang dikoordinasi pemerintah AS," cuit kedutaan AS.
Kedutaan Indonesia di Khartoum juga sudah meminta Warga Negara Indonesia tetap berada di ruangan dan menjauhi jendela. Sejauh ini satu orang WNI dilaporkan terluka akibat peluru nyasar yang sempat menghantam kamp pelajar Indonesia berlindung.
Dunia internasional juga sudah menyerukan semua pihak mengakhiri permusuhan di Sudan. Menteri Luar Negeri G7 mendesak gencatan senjata antara pihak yang bertikai.
Pertikaian di Sudan melibatkan dua rezim militer yang berebut kekuasaan, yaitu militer Sudan di bawah kekuasaan penguasa de facto, Abdel Fattah al-Burhan melawan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) pimpinan mantan panglima perang, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo alias Hemedti.
(fea)