Bos tentara bayaran Wagner Group, Yevgeny Prigozhin, mengancam akan menarik pasukannya dari pusat medan tempur di Bakhmut, Ukraina, jika Rusia enggan memberi pasokan senjata tambahan ke garis depan perang.
Prigozhin mengatakan pasukannya di Bakhmut tengah menghadapi kekurangan pasokan senjata kala peperangan masih berlangsung sengit. Menurutnya, kondisi ini menempatkan para pasukannya dalam "risiko kematian yang sia-sia."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada 10 Mei 2023 kami akan menyerahkan posisi kami di Bakhmut kepada unit-unit Kementerian Pertahanan Rusia dan menarik pasukan Wagner menjauh dari kota itu untuk memulihkan kondisi para pasukan kami," kata Prigozhin melalui pernyataan resmi di Telegram pada Jumat (5/5).
Dikutip AFP, Rusia telah banyak mengandalkan pasukan Wagner Group dalam melancarkan invasinya ke Ukraina selama lebih dari setahun terakhir.
Prigozhin sebelumnya bahkan pernah mengklaim kalau pasukannya lah yang berhasil membuat tentara Rusia berhasil menguasai sejumlah wilayah di Ukraina sejauh ini.
Sementara itu, Bakhmut telah menjadi pusat pertempuran sengit antara Rusia vs Ukraina dalam beberapa bulan terakhir.
Rusia kesulitan menduduki wilayah itu terutama setelah pasukan Ukraina melancarkan serangan balasan dengan bantuan senjata negara Barat.
Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) memperkirakan lebih dari 20.000 tentaraRusia tewas dan 80.000 lainnya terluka dalam lima bulan pertempuran di Ukraina timur, khususnya di Bakhmut.
"Kami memperkirakan bahwa Rusia telah menderita lebih dari 100.000 korban, termasuk lebih dari 20.000 tewas dalam aksi (penyerangan)," kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan, dikutip dari AFP, Selasa (2/5).
Beberapa waktu lalu Kementerian Pertahanan Rusia mulai memasang iklan untuk merekrut pasukan bayaran dari warga sipil ikut berperang di Ukraina.
Moskow juga masih terus melancarkan serangan ke beberapa wilayah Ukraina.
(rds)